PAM: Saham Big Cap jadi Incaran Investor Asing

CNN Indonesia
Senin, 20 Mar 2017 14:21 WIB
Panin Asset Management (PAM) mencontohkan, saham-saham big cap yang jadi incaran, antara lain BBCA, BBRI, BMRI, ASII, dan UNVR.
Direktur PAM Rudianto mencontohkan, saham-saham big caps yang jadi incaran, antara lain BBCA, BBRI, BMRI, ASII, dan UNVR. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Panin Asset Management (PAM), perusahaan manajer investasi meramal, saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) akan melaju kencang di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini. Dua hari belakangan, IHSG mencetak rekor terbaru tembus hingga level 5.540.

Direktur PAM Rudianto memperkirakan, umumnya investor asing akan masuk ke saham-saham big cap terlebih dahulu. Kemudian, saham dengan kapitalisasi menengah dan kecil mengikuti jejak kenaikan saham-saham berkapitalisasi besar.

"Kalau untuk sektor sebenarnya tidak spesifik, tapi biasanya kalau dana asing masuk yang diuntungkan saham yang besar dulu nanti yang lain menyusul," ungkap Rudianto, Senin (20/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebutkan, saham yang biasanya dilirik langsung oleh asing diantaranya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP).

PAM sendiri, lanjut Rudianto, memarkir portofolionya di beberapa saham berkapitalisasi besar, menengah, dan kecil. Perseroan akan menjual saham tersebut apabila valuasinya sudah terlalu mahal.

"Kami di saham berkapitalisasi besar ada, kecil ada. Kami lihat saja kalau valuasi sudah mahal kami pindah," terang dia.

Selanjutnya, ia berpendapat, kondisi pergerakan saham begitu dinamis. Selain itu, untuk asing sendiri biasanya tidak terpatok pada satu sektor saja. Jika memang valuasi saham tersebut masih rendah, asing akan terus masuk ke dalam saham tersebut.

"Ini cepat sekali perubahannya, orang biasanya jika valuasi sudah terlalu mahal, misalnya beli hari ini, kemudian tiba-tiba naik lima persen, besoknya akan cari saham lain lagi," papar Rudianto.

Sekadar mengingatkan, pekan lalu asing tercatat beli bersih atau nett buy dalam perdagangan pasar modal. Tak tanggung-tanggung, kenaikannya bahkan sempat mencapai lebih dari Rp2 triliun.

Sementara itu, meski IHSG sedang dalam kondisi bagus, Rudianto menyebut, beberapa pelaku pasar masih menunggu waktu yang tepat untuk masuk dalam investasi reksa dana.

"Kadang kalau IHSG tinggi seperti ini orang juga menunggu dulu, butuh waktu buat yakin dengan kondisi ekonomi," imbuhnya.

Rudiyanto memperkirakan, IHSG dapat mencapai level 6.000 sampai akhir tahun ini. Salah satu faktor yang mendorong kenaikan IHSG, jika Indonesia berhasil mendapatkan rating investment grade dari S&P500, bukan tidak mungkin IHSG dapat menembus level 6.000.

"Tetapi, itu tidak harus akhir tahun, kadang tengah tahun sudah bisa," ucapnya.

Adapun, perusahaan menargetkan jumlah dana kelolaan tahun ini dapat mencapai Rp13 triliun-Rp14 triliun. Hingga akhir Februari 2017, total dana kelolaan tanpa kontrak pengelolaan dana (KPD) sebesar Rp9,9 triliun.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER