Pasokan Gas PLTGU Cilegon Dipastikan Aman

CNN Indonesia
Jumat, 07 Apr 2017 03:25 WIB
Pasokan dipastikan aman kendati kontrak bagi hasil produksi China National Offshore Oil Company (CNOOC) SES Ltd. atas blok SES tengah diterminasi pemerintah.
Pasokan dipastikan aman kendati kontrak bagi hasil produksi China National Offshore Oil Company (CNOOC) SES Ltd. atas blok SES tengah diterminasi pemerintah. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Cilegon, CNN Indonesia -- PT Indonesia Power memastikan pasokan gas dari blok South East Sumatera (SES) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Cilegon, Banten tidak terganggu, kendati kontrak bagi hasil produksi (Production Sharing Contract/PSC) China National Offshore Oil Company (CNOOC) SES Ltd. atas blok SES tengah diterminasi pemerintah.

General Manager PLTGU Cilegon Zuhdi Rahmanto mengatakan, pasokan gas untuk PLTGU Cilegon masih tetap terjaga hingga kontrak Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) berakhir tanggal 5 September 2018. Menurut Zuhdi, kontrak PJBG seharusnya tidak terpengaruh meski nantinya ada transisi pengelolaan Wilayah Kerja (WK) SES.

"Kami rasa pasokan masih akan tetap berjalan hingga tanggal seharusnya. Tidak ada masalah dari segi PJBG," terang Zuhdi ditemui di Cilegon, Kamis (6/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Power justru berharap bisa mendapatkan pasokan gas kembali dari SES selepas blok migas tersebut dikelola PT Pertamina (Persero). Pasalnya, perusahaan akan kesulitan untuk mencari pasokan gas pengganti blok SES.

Saat ini, kebutuhan gas PLTGU Cilegon tercatat 110 miliar British Thermal Unit (BBUTD). Dari kebutuhan tersebut, sebanyak 80 BBTUD disediakan dari blok SES dengan kontrak pembelian gas terhitung sejak 12 Desember 2004 pada harga US$6,7 MMBTU. Sisanya, sebanyak 30 BBTUD disalurkan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).

"Kami tetap berharap untuk mendapatkan pasokan gas dari blok SES," paparnya.

PLTGU Cilegon saat ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 740 Megawatt (MW). Kapasitas tersebut dihasilkan dari dua turbin gas yang menghasilkan kapasitas masing-masing 240 MW dan turbin uap dengan kapasitas 260 MW.

Sementara itu, utilisasi PLTGU Cilegon tercatat sebesar 660 Megawatt (MW) atau sebesar 89,18 persen dari kapasitas terpasang pembangkit.

Senior Head Operational and Financial CNOOC SES Muhammad Salman menambahkan, seharusnya tidak akan ada permasalahan yang ditumbulkan terkait dari sisi PJBG ke PLTU Cilegon. Pasalnya, masa kontrak dibuat hingga 5 September 2018, sesuai dengan tanggal kedaluwarsa PSC CNOOC atas blok SES.

Kendati demikian, menurut Salman, CNOOC akan tetap meminta restu pemerintah untuk tetap bisa menyalurkan gas setelah kelolaan blok SES jatuh ke Pertamina. Hal tersebut menurut dia, juga pernah dilakukan ketika blok Offshore North West Java (ONWJ) memasuki kontrak baru pada 18 Januari 2017 lalu.

"Inginnya sih, mereka yang sudah habis masa kontraknya bisa sharing dalam melakukan penyaluran gas dengan kontraktor baru," ujar Salman.

Sekadar informasi, blok SES merupakan satu dari delapan WK migas yang diterminasi pemerintah pada tahun lalu. Setelah diterminasi, pemerintah menunjuk Pertamina untuk mengelola blok-blok migas tersebut. Rencananya, kontrak bagi delapan blok ini akan menganut rezim kontrak bagi hasil produksi gross split (pembagian gross produksi tanpa mekanisme pengembalian biaya operasi).

Selain SES, tujuh blok terminasi lainnya terdiri dari blok Attaka, blok East Kalimantan, blok Tengah, blok North Sumatera Offshore (NSO), blok Sanga-Sanga, dan dua WK dengan bentuk Joint Operating Body (JOB) yaitu Ogan Komering dan Tuban. Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), rata-rata produksi minyak Blok SES sebesar 31.958 barel per hari dan gas sebesar 132,9 MMSCFD hingga akhir tahun lalu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER