Anyer, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut ada dua proyek migas yang jadwal operasinya mundur ke tahun depan.
Proyek yang dimaksud adalah Walanga-Sampi Sampi-Bonge (Wasambo) di Wilayah Kerja (WK) Sempang yang dioperatori Energy Equity Epic (Sengkang) Pty Ltd (EEES) dan proyek South West Betara (SWB) yang dioperatori Petrochina International Jabung Ltd.
Secara lebih rinci, Sekretaris SKK Migas Budi Agustyono mengatakan berbagai alasan yang menyebabkan kedua proyek tersebut molor dari jadwal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk proyek Wasambo, ia mengatakan bahwa operasinya baru bisa berjalan pada kuartal II tahun depan. Padahal, menurut perencanaan sebelumnya, proyek Wasambo seharusnya bisa
onstream di kuartal IV tahun ini.
Salah satu masalah yang menghambat realisasi proyek Wasambo adalah kepastian penyerapan gas yang dihasilkan dari lapangan tersebut. Di dalam perencanaannya, gas sebesar 80 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) itu akan dijual ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) setempat dan kilang gas alam cair (
Liquefied Natural Gas/LNG) yang rencananya akan dibangun salah satu investor.
Namun menurutnya, masih ada kendala yang perlu diselesaikan oleh BUMD, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), dan PT PLN (Persero) sebelum bisa menyerap gas Wasambo.
"Masih ada kendala di
downstream, apakah teknis atau kontraktual masih dibahas dari BUMD dengan PLN," jelasnya di Anyer, Jumat (7/4).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dari sisi hulu, proyek Wasambo siap beroperasi sesuai jadwal. Namun, karena proyek ini menghasilkan gas, maka komitmen pembeli harus sudah pasti. Jika tidak ada komitmen pembeli, maka produksi gas akan mubazir karena sifatnya yang harus segera digunakan.
"Secara umum, ini kan kesiapan di atas kertas. Namun, kalau komitmen pembelian gas belum ada, ya proyeknya bisa tertunda. Masalah komitmen ini kan menyangkut kuantitas dan harga gas. Kalau bisa sesuai
schedule sih ya bagus-bagus saja. Kami masih upayakan agar proyek ini
on schedule di tahun ini," jelasnya.
Sementara itu, proyek SWB juga mundur dari jadwal karena ada kesepakatan baru dengan pembeli gasnya, yaitu PT Jambi Indoguna International (JII). Pada perencanaan awal, Petrochina akan menyalurkan gas sebesar 14,5 MMSCFD ke perusahaan tersebut.
"Namun, karena ada kesepakatan baru, maka proyek itu baru
onstream di Januari 2018," ungkapnya
Dengan demikian, maka jumlah proyek migas yang bisa
onstream di tahun ini diperkirakan sebanyak 14 proyek saja. Jumlah ini menyusut dibanding rencana SKK Migas pada awal tahun sebanyak 16 proyek.
Kendati jumlah proyek migas
onstream berkurang, Budi mengatakan setidaknya enam proyek migas sudah beroperasi sepanjang kuartal I tahun 2016.
Proyek tersebut terdiri dari proyek Ario Damar-Sriwijaya yang dikelola Tropik Energi Pandan, Kepodang Phase II yang dikelola Petronas Carigali Muriah Ltd, proyek Ridho yang dikelola Odira Energy Karang Agung, proyek Cikarang Tegal Pacing yang dikelola PT Pertamina EP, dan proyek 12 dan CPP 2 di blok West Madura Offshore (WMO) yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
Keenam proyek tersebut telah menyumbang produksi minyak sebesar 738 barel per hari dan gas sebesar 7,3 MMSCFD.
"Lima proyek lainnya akan
onstream di kuartal II, dan sisanya di semester II mendatang," pungkas Budi.