Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pemerintah menalangi dana pembangunan infrastruktur melalui Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) dinilai bakal menjaga beban perusahaan pelat merah yang menjadi eksekutor proyek.
Seperti diketahui, setelah mendapatkan lampu hijau dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, BLU LMAN akhirnya menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk segera mencairkan dana talangan Rp13 triliun.
Analis Mandiri Sekuritas Bob Setiadi mengatakan, dana tersebut dapat membuat lega arus kas dan juga menurunkan beban pembiayaan jalan tol untuk beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Namun patut diingat bahwa Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) masih harus menyediakan pendanaan untuk membangun proyek jalan tol,” imbuh Bob dalam risetnya, dikutip Senin (10/4).
 Ilustrasi pengerjaan infrastruktur jalan tol. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto) |
Pada 2017, Bob menghitung total belanja modal (
capital expenditure/capex) dapat mencapai Rp24,9 triliun atau naik 170 persen secara tahunan untuk Jasa Marga. Sementara belanja modal Waskita Karya dinilai mencapai Rp13,6 triliun atau naik 81 persen secara tahunan, yang biasanya mencerminkan kenaikan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER).
“Karena itu, kami meyakini finalisasi pembayaran dana talangan [Rp7 triliun untuk Jasa Marga dan Rp6 triliun untuk Waskita Karya] krusial karena memberi kelegaan arus kas dan juga menjaga beban pendanaan dalam kendali,” jelasnya.
Bob menambahkan, patut dicatat juga bahwa BLU LMAN diprediksi menyalurkan dana talangan pada akhir April 2017 setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Analis Mirae Asset Sekuritas Giovanni Dustin dalam risetnya menyatakan secara keseluruhan, ia percaya bahwa ekspansi belanja modal Jasa Marga akan berbuah dalam jangka panjang, karena pembangunan jalan tol baru akan mendorong pertumbuhan pendapatan di tahun-tahun mendatang.
“Kendati pembiayaan tetap menjadi rintangan utama bagi perusahaan, dengan dukungan dari pemerintah, serta rencana pembiayaan yang solid dan kontrol biaya yang bijak, kami percaya bahwa Jasa Marga akan dapat mencapai target jangka panjang dan tetap menjadi pemimpin dalam industri jalan tol di Indonesia,” jelasnya.
 Ilustrasi area produksi beton. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto) |
Giovanni menjabarkan, risiko utama kinerja Jasa Marga dari pandangannya meliputi, pertama, peraturan pemerintah yang tidak mendukung dan keduan, beban pendanaan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sebelumnya, Sri Mulyani meminta BLU LMAN untuk lebih efektif dan efisien dalam menyiapkan pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Saya harap, BLU LMAN tidak hanya akuntabel dan bertanggung jawab terhadap setiap rupiah yang dibelanjakan, tetapi ambisi belanja tinggi ini juga punya efektivitas dan efisiensi maksimal," tutur Sri Mulyani.
Ia menjelaskan, pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur sangat penting dan LMAN sebagai BLU yang ditunjuk telah diberikan mandat untuk tugas tersebut dengan memanfaatkan dana penyertaan sesuai tata kelola berlaku.
Namun demikian, ia berharap, penggunaan dana pengadaan tanah bisa dimanfaatkan dengan optimal agar pemanfaatan biaya bisa tepat sasaran, dan target pembangunan infrastruktur dapat selesai tepat waktu.
"Hindari penyakit korupsi dan inefisiensi, karena ini pertanggungjawaban berat. Kami kumpulkan uang dari pembayar pajak, dan setiap rupiah yang dialokasikan kembali ke rakyat, bukan ke pengurus dalam bentuk korupsi," kata Sri Mulyani.