Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar mata uang atau kurs rupiah Indonesia masih tertunduk dihadapan yen Jepang hingga pertengahan April 2017, dengan persentase depresiasi sebesar 1,21 persen atau 1,44 poin menjadi Rp120,29 per yen dibandingkan Minggu terakhir Maret sebesar Rp118,85 per yen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, lemahnya nilai tukar rupiah terhadap yen telah terjadi sejak Minggu pertama Maret lalu. Hanya saja, pergerakannya sempat fluktuatif pada Minggu kedua dan ketiga Maret di mana rupiah sempat berhasil menguat, hingga akhirnya kembali 'keok' dari yen.
Secara rinci, berdasarkan data BPS, posisi rupiah terhadap yen berada dikisaran Rp117,37 per yen di Minggu pertama Maret. Lalu, menguat menjadi Rp116,74 per yen dan Rp116,19 per yen pada Minggu kedua dan ketiga Maret. Namun, di Minggu keempat dan kelima Maret, yen berhasil memukul rupiah kembali menjadi Rp118,51 per yen dan Rp118,85 per yen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, begitu memasuki April, performa yen rupanya masih melanjutkan penguatan terhadap rupiah. Nilai tukar bahkan mencapai Rp119,69 per yen pada Minggu pertama April. Lalu, menguat lagi menjadi Rp120,29 per yen di Minggu kedua April.
Meski tak kuasa menahan kekuatan mata uang Negeri Sakura, rupanya posisi rupiah mampu menguat dari tiga mata uang lainnya, yakni dolar Amerika Serikat (AS), dolar Australia, dan euro Eropa di dua Minggu pertama April 2017.
"Secara umum, nilai tukar eceran menguat untuk tiga mata uang pada Minggu kedua April dibandingkan Minggu kelima Maret," imbuh Ketjuk, sapaan akrabnya di Kantor BPS, Senin (17/4).
Berdasarkan catatan BPS, kurs rupiah terhadap dolar AS berhasil menguat 0,19 persen atau 25,76 poin, menjadi Rp13.282,08 per dolar AS pada Minggu kedua April, dibandingkan Minggu kelima Maret yang berada pada kisaran Rp13.307,84 per dolar AS.
Kemudian, terhadap dolar Australia, penguatan rupiah rupanya lebih dahsyat, yakni mencapai 2,24 persen atau 228,36 poin, menjadi Rp9.953,45 per dolar Australia dibandingkan Minggu kelima Maret yang masih dikisaran Rp10.181,81 per dolar Australia.
Sedangkan di hadapan euro Eropa, kurs rupiah sebesar Rp14.101,52 per euro pada Minggu kedua April. Hal ini menunjukkan penguatan rupiah terhadap euro mencapai 1,85 persen atau 265,55 poin dibandingkan kurs rupiah pada Minggu kelima Maret, yakni Rp14.367,07 per euro.
"Kalau dilihat, kurs eceran terendah di Sumatera Utara. Sedangkan perubahan terbesar terjadi di Bengkulu. Lalu, apresiasi terkecil terjadi di Riau 0,04 persen," jelas Ketjuk.