Kuartal I, BCA Kantongi Laba Bersih Rp5 Triliun

CNN Indonesia
Kamis, 20 Apr 2017 18:36 WIB
Perolehan laba bersih pada kuartal pertama tersebut tumbuh 10,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja mengaku kontribusi pendapatan bunga bersih terhadap laba perseroan semakin menurun. Untuk itu, BCA akan mendorong pendapatan dengan memperbesar volume kredit. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --
PT Bank Central Asia Tbk mengantongi laba bersih sebesar Rp5 triliun pada kuartal I 2017. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pencapaian tersebut tercatat tumbuh 10,7 persen dari Rp4,5 triliun. Pertumbuhan positif laba emiten dengan kode BBCA itu terutama berasal dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya.

"Pendapatan bunga bersih perseroan tercatat meningkat 3,1 persen menjadi Rp10 triliun. Sedangkan, pendapatan operasional lainnya melesat 12,2 persen mencapai Rp3,4 triliun," ujar Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja, Kamis (20/4).

Di sisi lain, bisnis penyaluran kredit perseroan tumbuh 9,4 persen menjadi Rp409 triliun. Adapun, faktor penopang pertumbuhan kredit, yakni segmen korporasi yang melonjak 17,9 persen. Diikuti oleh segmen konsumer yang naik 10,4 persen, dan kredit komersial dan usaha kecil dan menengah (UKM) yang tumbuh tipis 1,7 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, dana murah juga masih membanjiri pundi-pundi BCA. Per kuartal I 2017, dana pihak ketiga (DPK) perseroan tumbuh 13,8 persen mencapai Rp535,1 triliun, di mana pertumbuhan dana murah (casa) melejit 12,1 persen dan masih berkontribusi besar terhadap porsi DPK BCA.

"Diharapkan pada ketidakpastian perubahan suku bunga global dan risiko ketidakstabilan arus dana global, kami akan memperhatikan posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh, seraya mempertahankan kualitas kredit," imbuh Jahja. 

Tak Andalkan NIM

Pesona pendapatan bunga bersih agaknya semakin memudar dalam mendongkrak laba BCA. Menyadari hal itu, Jahja bilang, manejemen mulai banting setir mencari pendapatan dengan memperbesar volume. Misalnya, di kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor, meski bunganya rendah, namun kredit yang dikucurkan semakin bejibun.

"Kami cari spread dari volume. Karena, lending rate, kami sudah coba lakukan penyesuaian. Toh, dari sisi funding, sudah sulit untuk turun lagi. Makanya, mungkin NIM kecil, tetapi spread lebih besar. Ke depan, kami cari pendapatan dari non interest income, seperti pendapatan komisi," terang dia.

Sekadar gambaran, NIM perseroan pada 31 Maret 2017 tercatat 6,3 persen. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, NIM perseroan menurun 70 basis poin (bps) dari 7 persen dan lebih rendah 50 bps dari NIM kuartal keempat 2016, yaitu 6,8 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER