Bos BCA Waspadai Likuiditas Ketat Setelah Lebaran

CNN Indonesia
Jumat, 21 Apr 2017 12:00 WIB
Di industri perbankan, tren pengetatan likuiditas mulai terasa terlihat dari posisi LDR yang mencapai 89,1 persen per Februari 2017
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja, tren pengetatan likuiditas yang terasa di Industri, tak dirasakan BCA. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengklaim, likuiditas perseroan masih sangat baik yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) sebesar 75,1 persen. Namun, ia mengingatkan, likuiditas bakal ketat, terutama usai perayaan Ramadan dan Lebaran.
"Beberapa proyek infrastruktur mulai bergulir. Para kontraktor siap mencari pendanaan. Tetapi, tentunya ada hal yang harus diamati, yaitu likuiditas. Tahun lalu, masih terbantu program pengampunan pajak, tetapi tahun ini tidak ada. Perbankan akan lebih berat menggulirkan dana, terlihat setelah Lebaran," ujarnya, kemarin petang.
Di industri perbankan, sambung dia, tren pengetatan likuiditas mulai terasa terlihat dari posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 89,1 persen per Februari 2017. Namun, tren pengetatan likuiditas ini belum terasa di BCA. Bahkan, ia menegaskan, ruang bagi perseroan untuk menggelontorkan kredit baru masih terbuka.
"LDR pada level 89 persen-90 persen itu tinggi loh untuk standar internasional. Tidak akan terlalu mendukung pertumbuhan kredit, terutama kredit-kredit infrastruktur yang akan memakan likuiditas besar. Makanya, hal ini harus diamati, akan lebih berat menggulirkan dana," terang Jahja.
Salah satu strategi, ia mengusulkan, jangan terlalu agresif menginjak pedal gas penyaluran kredit. Selain itu, memanfaatkan pelonggaran likuiditas melalui kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) averaging yang sesuai dengan kajian Bank Indonesia.
"Yang pasti, menggunakan dana pihak ketiga (DPK) bukan way out (jalan keluar). Suku bunga acuan juga sifatnya interbank dan jangka pendek. Likuiditas obatnya tidak banyak, jadi ya jangan terlalu agresif. Lepas kredit tetap, tetapi jangan melebihi kemampuan pasar," imbuh dia.
Likuiditas BCA sendiri tercatat cukup berotot dengan secondary reserves mencapai Rp80,9 triliun atau 15,1 persen dari total dana pihak ketiga (DPK). Adapun, DPK perseroan sebesar Rp535,1 triliun pada kuartal I 2017 atau tumbuh 13,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp470,3 triliun.
Dana murah (casa) meningkat 12,1 persen dengan rasio casa sebesar 75,8 persen. Sementara, deposito naik 19,4 persen mencapai Rp129,7 triliun. "Memang, program pengampunan pajak berkontribusi terhadap pertumbuhan DPK kami," pungkasnya.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER