Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada akhir pekan ini, Jumat (21/4). Indeks berpeluang tertekan karena minim sentimen domestik dan meskipun jenuh jual, IHSG gagal mencapai level resisten.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, IHSG sebelumnya ditutup melemah tipis 11,21 poin sebesar 0,20 persen ke level 5.595,31 setelah sempat dibuka cukup optimistis di awal sesi perdagangan.
“Aksi beli investor asing yang cukup tinggi sebesar Rp1,36 triliun kemarin tidak mampu menahan penguatan IHSG hingga di tutup melemah. Sektor properti terjatuh pasca Gubernur Jakarta yang kontra akan reklamasi terpilih, sehingga membuat kepercayaan investor terhadap pembangunan properti di Jakarta menurun,” ujarnya dalam riset.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia menyatakan indeks sektor aneka industri menjadi penahan pelemahan dengan menguat 2,1 persen. Hal itu seiring penguatan saham PT Astra International Tbk (ASII) setelah data penjualan mobil naik 7,9 persen dari 7,5 persen di periode sebelumnya.
Sementara dari regional, melanjutkan penguatan sebelumnya, bursa Asia ditutup mayoritas menguat. Pelemahan dolar AS dan terkoreksinya aset
safe haven membuat ekuitas kembali diminati investor. Harga minyak kemarin sempat
rebound setelah terjatuh pada Rabu dengan bertahan pada level $50,87 per barel.
Beberapa data ekonomi di China cukup positif dimana
industrial productions naik ke level 7,6 persen dari 6,3 persen dan PDB naik tipis secara tahunan di level 6,9 persen dari 6,8 persen.
Data Ekonomi Jepang pun cukup baik, dimana aktifitas eksport berkontraksi terhadap ekspektasi di level 12,0 persen dari 11,3 persen dengan ekspektasi awal turun 6,7 persen.
Dari Eropa, bursa saham dibuka mayoritas menguat dimana pelamahan dolar AS menjadi kunci utama. Penguatan dipimpin saham produsen makanan setelah laba Unilever dan Nestle di atas ekspetasi. Spekulasi perpanjangan pemotongan output OPEC membuat harga minyak
rebound setelah terprosok cukup signifikan.
“Sentimen di akhir pekan investor akan dihadapi data
manufacturing PMI dari Jepang, Eropa dan AS dengan ekspektasi yang cukup baik. Sehingga diperkirakan mampu membuat hijau market global di akhir pekan,” kata Lanjar.
Lanjar menjelaskan, IHSG kembali bergerak cenderung pada arah negatif setelah gagal melewati rerata pergerakan tujuh hari sebagai level resisten dan akan bergerak kembali ke arah level support dalam rerata pergerakan 25 hari.
“Sehingga diperkirakan IHSG masih akan bergerak
mixed cenderung tertekan di akhir pekan dengan
range pergerakan yang cukup sempit di level 5.581-5.616. Saham-saham yang masih dapat diperhatikan di antaranya ASII, BBNI, BBTN, MNCN,” jelasnya.
Di sisi lain, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, perkembangan pergerakan dari IHSG terlihat masih menunjukkan pola penguatan walau terlihat masih dalam kategori terbatas.
Hal tersebut, lanjut William, tentunya ditopang oleh support yang terlihat masih terjaga dengan baik dan capital inflow sebagai salah satu penunjang yang masih terus berlangsung.
“Hal ini menunjukkan bahwa secara jangka panjang IHSG masih terlihat berada dalam jalur uptrend, sedangkan dalam jangka pendek masih terlihat dalam rentang konsolidasi wajar, Hari ini IHSG berpotensi menguat,” ujar William.