BI Ramal Ekonomi Kuartal I Melambat Terbebani Konsumsi Rakyat

CNN Indonesia
Jumat, 21 Apr 2017 10:09 WIB
Menurunnya gairah konsumsi masyarakat terlihat dari kinerja industri ritel yang ikut melorot sepanjang Januari-Maret lalu
Menurunnya gairah konsumsi masyarakat terlihat dari kinerja industri ritel yang ikut melorot sepanjang Januari-Maret lalu. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tiga bulan pertama di tahun ini cenderung melambat dan tak sesuai dengan proyeksi. Hal tersebut terjadi karena minimnya gairah dari indikator utama Produk Domestik Bruto (PDB), yakni konsumsi masyarakat.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, imbasnya, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 hanya mampu setara dengan pertumbuhan kuartal IV 2016 yang tumbuh di kisaran 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy). 

"Pertumbuhan ekonomi kuartal IV sekitar 5 persen. Kami perkirakan untuk kuartal I 2017 masih sekitar itu tapi sebenarnya agak di bawah perkiraan kami di awal tahun," ujar Dody di Kantor Pusat BI, kemarin petang. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Dody, menurunnya gairah konsumsi masyarakat terlihat dari kinerja industri ritel yang ikut melorot sepanjang Januari-Maret lalu. Hal ini, sambung Dody, terjadi lantaran pendapatan masyarakat yang ikut tergerus sebagai imbas ekonomi yang kurang bergairah pada kuartal IV 2016 lalu. 

"Pendapatan masyarakat sedikit menurun karena dampak perekonomian 2016 yang sedikit di bawah perkiraan. Tapi trennya seharusnya membaik semenjak harga komoditas mulai naik di akhir 2016," jelas Dody. 

Dengan pergerakan positif dari harga sejumlah komoditas, Dody berharap indikator konsumsi masyarakat bisa membaik di kuartal II nanti. Pasalnya, dari sisi investasi, peningkatan harga komoditas, disebut Dody telah mampu memberikan sinyal positif. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, berdasarkan catatan BI, konsumsi masyarakat sepanjang kuartal I 2017 tercermin dari laju penjualan eceran dan kendaraan bermotor. 

"Ekonomi kuartal I berpotensi melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan penjualan eceran dan motor yang menurun, dipengaruhi oleh proses konsolidasi korporasi yang masih berlanjut," kata Tirta pada kesempatan yang sama. 

Hanya saja, BI memprediksi perlambatan tak begitu jauh lantaran masih ada kompensasi bagi pertumbuhan ekonomi dari sisi indikator investasi dan kinerja perdagangan yang mencatatkan surplus dalam tiga bulan berturut-turut.

Dari sisi investasi, BI mencatat, aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan di sepanjang kuartal I 2017 mencapai US$5,33 miliar. Hal ini turut mengerek cadangan devisa Tanah Air, yang sampai akhir Maret lalu mencapai US$121,8 miliar atau setara 8,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 

"Investasi terjadi baik untuk bangunan maupun non bangunan. Untuk non bangunan, didukung oleh kenaikan harga komoditas, seperti penjualan alat berat untuk pertambangan dan perkebunan yang meningkat," tambah Tirta. 

Sementara untuk perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus dalam tiga bulan pertama mencapai US$3,93 miliar. Nilainya dua kali lipat dibandingkan kuartal I 2016 yang hanya sekitar US$1,66 miliar. Surplus perdagangan merupakan buah manis dari perbaikan harga komoditas sejak akhir tahun lalu. 

Namun begitu, BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 akan lebih baik. Pasalnya, untuk indikator konsumsi masyarakat, diperkirakan akan terdongkrak lantaran jelang masa puasa dan peringatan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran di sepanjang Mei dan Juni mendatang.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER