Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berencana menerbitkan surat berharga dan pinjaman bilateral berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) untuk mengantisipasi pengetatan likuiditas yang diprediksi terjadi pada semester II 2017.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, permintaan kredit pada semester II akan lebih banyak dibandingkan semester I. Sementara, masyarakat banyak yang melakukan penarikan dana jelang Lebaran.
"Pertumbuhan kredit akan meningkat 11 persen-12 persen akan mulai terasa," ungkap Kartika, kemarin petang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Bank Mandiri akan melakukan pinjaman bilateral hingga US$1 miliar. Selain itu, penerbitan surat berharga yang akan dilakukan perusahaan berjumlah sebesar Rp5 triliun. Dengan penerbitan surat berharga tersebut, perusahaan juga akan mendorong masyarakat masuk ke pasar modal.
Pria yang kerap disapa Tiko memprediksi,
loan to deposit ratio (LDR) akan meningkat jika dibandingkan dengan posisi saat ini yang masih dibawah 90 persen. Ia meramalkan, LDR pada semester kedua naik menjadi 91 persen, sedangkan LDR secara industri akan tumbuh menjadi 93 persen.
"Jadi makanya memang kuartal ketiga dan keempat di industri itu mendorong secara otomatis persaingan DPK mengetat di semester kedua," tandasnya.
Sekadar informasi, total kredit yang disalurkan sepanjang kuartal I 2017 oleh Bank Mandiri sebesar Rp656,2 triliun, atau meningkat 14,2 persen, dengan naiknya rasio
non performing loan (NPL) sebesar 80 basis poin menjadi 3,98 persen.
Kemudian, total penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebesar Rp38,3 triliun kepada lebih dari 826 ribu nasabah.
Sementara, total dana pihak ketiga (DPK) yang diraup Bank Mandiri tercatat meningkat 11,6 persen menjadi Rp731,1 triliun. Di mana perusahaan memperoleh dana murah sebesar Rp465,6 triliun.
"Nilai tersebut didorong oleh peningkatan tabungan sebesar Rp38,8 triliun menjadi Rp287,5 triliun," pungkas Tiko.