Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adaro Energy Tbk akan melakukan diversifikasi usaha logistik yang dilakukan anak usaha, PT Adaro Logistics untuk meningkatkan pendapatan lini usaha tersebut. Dalam waktu dekat, perusahaan akan mengubah fokus dari usaha distribusi batu bara menjadi logistik sektor energi secara umum.
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir menuturkan, saat ini Adaro sudah memiliki pengalaman yang kuat dalam menjalankan usaha logistik batu bara. Apalagi menurutnya, Adaro memiliki sarana logistik energi yang ukurannya tidak main-main.
Ia mencontohkan, perusahaannya memiliki pelabuhan sungai khusus logistik batu bara yang terbesar di Asia yang terletak di Kelanis, Kalimantan Tengah. Garibaldi menuturkan, pelabuhan itu bisa menampung batu bara sebesar 50 juta hingga 52 juta ton per tahunnya. Bahkan menurutnya, fasilitas pelabuhan itu sudah dilengkapi oleh terminal apung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berangkat dari situ, kami ingin kembangkan usaha logistik agar suatu saat Adaro Logistics ini menjadi
one of the biggest energy provider logistic di Indonesia. Kami yakin karena kami punya
backbone dan pondasi yang kuat untuk itu," jelas Garibaldi, Rabu (26/4).
Selain batu bara, ia juga ingin Adaro Logistics bisa mengangkut gas, baik dalam bentuk gas alam cair (
Liquefied Natural Gas/LNG) atau
Liquefied Petroleum Gas (LPG). Selain itu, ia juga berharap anak usaha ini juga mengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) di kemudian hari.
"Kami tidak mau jika nantinya hanya disebut sebagai perusahaan batu bara. Kami ingin menjadi perusahaan energi yang terintegrasi," terang pria yang kerap disapa Boy Thohir.
Selain memiliki sarana yang mumpuni, usaha logistik tengah ditonjolkan perusahaan karena perkembangannya belum terlalu signifikan apabila dibandingkan lini usaha non-pertambangan lainnya seperti pembangkit listrik dan jasa pertambangan. Apalagi, ia tidak mau Adaro terlalu lama bergantung pada pertambangan batu bara mengingat bisnisnya yang rentan akan pergerakan harga.
"Kami sudah merencanakan ini karena kalau dilihat, sektor logistik ini cukup menarik. Apalagi, kami ingin model keuangan Adaro ke depan lebih stabil, tidak melulu bergantung pada batu bara," jelasnya.
Dengan upaya ini, Direktur Keuangan Adaro David Tendean berharap lini usaha logistik bisa menyumbang 33 persen pendapatan Adaro selama delapan hingga 10 tahun mendatang. Angka ini jauh lebih signifikan dibandingkan posisi saat ini, di mana penjualan batu bara masih mendominasi pendapatan perusahaan.
"Dengan diversifikasi komponen pendapatan ini, kami harap profitabilitasnya tetap stabil. Saat ini memang arahnya sudah ke sana. Tapi, tetap saja, dibutuhkan waktu yang juga cukup," tambah David.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, pendapatan pada tahun 2016 lalu tercatat US$2,52 miliar atau menurun 5,97 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar US$2,68 miliar. Dari angka tersebut, sebanyak 92,86 persen masih disumbang dari penjualan batu bara.
Meski demikian, perusahaan berhasil mencetak laba sebesar US$381,77 juta, di mana angka ini meningkat tajam 116,43 persen dibanding tahun sebelumnya US$176,39 juta.