Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menginginkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di sektor energi dititikberatkan pada pembangunan jaringan gas bagi rumah tangga (jargas). Menurutnya, langkah ini diambil demi mengantisipasi permintaan gas rumah tangga yang terus meningkat.
Ia menuturkan, jaringan gas juga dibutuhkan untuk menekan impor
Liquefied Petroleum Gas (elpiji) yang tiap tahunnya selalu meningkat. Pada tahun ini saja, impor elpiji diperkirakan sebesar 5 juta ton atau lebih besar dibanding tahun kemarin 4,3 juta ton.
Sehingga, jika jargas sudah optimal, PT Pertamina (Persero) tak perlu merogoh kocek lebih dalam setiap tahunnya hanya untuk impor elpiji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"APBN itu harus digunakan untuk membangun sesuatu yang dibutuhkan masyarakat paling bawah. Makanya, pembangunan jaringan gas untuk perkotaan akan terus dilakukan," ujar Jonan, Rabu (3/5).
Ia sendiri menargetkan, pembangunan jargas ini harus terus dilakukan karena bisa menghemat biaya konsumen. Menurutnya, harga gas dari jargas lebih murah 50 persen dari elpiji.
"Saya bahkan maunya anggaran bisa membangun jargas bagi 1 juta sambungan rumah tangga (SR). Saat ini kan paling hanya 100 ribu SR dianggarkannya. Katanya kan jargas lebih murah dibanding elpiji," paparnya.
Namun, untuk membangun jargas lebih banyak, tentu saja ada pos-pos anggaran yang perlu dialihkan. Menurutnya, salah satu poin anggaran yang perlu dipindahkan adalah pembangunan tangki timbun Bahan Bakar Minyak (BBM). Jonan beralasan, pembangunan itu harus dilakukan secara non-APBN, yaitu menggunakan dana badan usaha penyalur BBM.
"Tidak boleh ada mainan APBN yang kecil-kecil, apalagi impor elpiji makin besar. Ini sedang kita coba untuk tekan. Banyak sekali impor elpiji belakangan ini," pungkasnya.
Pada tahun ini, Kementerian ESDM berupaya untuk membangun jargas bagi 60 ribu SR dengan anggaran sebesar Rp1,4 triliun. Jumlah ini menurun dibanding RAPBN 2017 yaitu 69.200 SR tersambung jaringan gas bumi.