Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan proyek jaringan kabel listrik bawah laut (
High Voltage Direct Current/HVDC) yang membentang dari Jawa ke Sumatera bisa dikerjakan mulai 2021 dan rampung tiga tahun berikutnya.
Pendistribusian listrik dari Jawa ke Sumatera perlu dilakukan setelah pemerintah melihat ada kemungkinan pulau Jawa mengalami kelebihan listrik pada 2021 mendatang.
Menteri ESDM Ignasius Jonan memperkirakan, Pulau Jawa akan mengalami kelebihan suplai listrik sebesar 5 Gigawatt (GW) jika asumsi pertumbuhan ekonomi tetap dipasang sebesar 6 persen, atau sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 - 2026. Oleh karenanya, listrik dari Jawa harus disalurkan ke wilayah lain agar dapat diserap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Luas daratan Pulau Jawa mungkin tidak seberapa, tapi pembangkit listriknya di sini semua. Sehingga, pemerintah dan PT PLN (Persero) sepakat mungkin proyek HVDC akan dikerjakan, mungkin 2024 harus selesai karena kapasitas terpasang pembangkit listrik di Jawa akan
oversupply," terang Jonan, Senin (10/4).
Lebih lanjut ia menuturkan, proyek HVDC nantinya akan melenceng dari rencana seharusnya. Pada perencanaan awalnya di tahun 2006, HVDC seharusnya menyalurkan listrik dari Sumatera ke Jawa untuk membantu cadangan daya (
reserve margin) pulau Jawa.
Namun, melihat kondisi ke depan, proyek kabel listrik bawah laut itu nantinya akan mengakomodasi listrik dari Jawa ke Sumatera.
"Padahal ini idenya, HVDC dengan daya 500 kilovolt (kv) itu ditujukan untuk memasok listrik dari Sumatera bagian selatan ke Jawa. Tetapi, Jawa itu dari awal tidak boleh kelebihan pasokan listrik. Kalau mau, kelebihan listrik di Sumatera atau Kalimantan saja," jelasnya.
Ia mengatakan, munculnya kelebihan pasokan listrik di pulau Jawa disebabkan karena perencanaan yang keliru. Kemudian, eksekusi proyek tersebut diperparah dengan realisasi pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai dengan RUPTL.
Jonan mengatakan, pada proyek 35 ribu Megawatt (MW) dicanangkan pada 2015, asumsi pertumbuhan ekonomi yang digunakan sebesar 8 hingga 9 persen. Namun, saat ini realisasi pertumbuhan ekonomi hanya berkisar di angka 5 persen.
Pertumbuhan ekonomi tersebut, lanjutnya, tentu akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi listrik. Sebagai informasi, pertumbuhan penjualan listrik PLN di Jawa pada tahun lalu hanya bertumbuh 1 persen di mana angka itu lebih rendah dibanding rata-rata nasional sebesar 6,5 persen.
"Sehingga, nantinya saya tidak akan setuju jika ada penambahan perjanjian jual beli listrik (
Power Purchase Agreement/PPA) bagi pulau Jawa kecuali nanti ada perubahan pertumbuhan ekonomi.
Menurut catatan CNN Indonesia, sebelumnya PLN pernah menolak proyek HVDC untuk dimasukkan ke dalam RUPTL 2016 hingga 2025. Namun, proyek itu akhirnya dimasukkan ke dalam RUPTL melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 5899 K/20/MEM/2016 tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2016 sampai dengan 2025 yang ditandatangani Menteri ESDM sebelumnya, Sudirman Said.
Sementara menurut RUPTL 2017 hingga 2026, suplai listrik di pulau Jawa diperkirakan akan bertambah sebesar 39,1 GW dalam 10 tahun mendatang. Angka ini lebih besar dibanding wilayah lain seperti Sumatera (21 GW), Kalimantan (6,9 GW), Sulawesi (8,6 GW), dan Maluku-Papua (2,1 GW).
Kendati demikian, pertumbuhan kebutuhan listrik di pulau Jawa diperkirakan akan bertumbuh 7,2 persen antara 2017 hingga 2026. Angka ini lebih kecil dibandingkan wilayah lain seperti Sumatera (11,2 persen), Kalimantan (10,1 persen), Sulawesi (11,7 persen), dan Papua (10,5 persen).