Jakarta, CNN Indonesia -- PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) menyiapkan anggaran sebesar Rp160 miliar untuk membangun pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Keerom, Papua.
Direktur Eagle High Henderi Djunaidi menyebut, angka itu belum termasuk penyelesaian fasilitas untuk karyawan dan penunjang produksi panen. Untuk fasilitas itu sendiri perusahaan menyiapkan Rp150 miliar.
Menurut Henderi, jumlah tersebut termasuk dalam anggaran belanja modal (
capital expenditure/capex) yang berjumlah Rp400 miliar. Sehingga, sisanya Rp90 miliar akan digunakan untuk pemeliharaan tanaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pabrik kan Rp160 miliar, itu dari pinjaman perbankan, sisanya dari internal kas," kata Henderi, Kamis (4/5).
Menurut Henderi, pabrik itu akan memberi nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat mendorong kinerja yang lebih baik karena perusahaan akan mengolah buah sendiri.
Rencananya, perusahaan mengoperasikan pabrik tersebut secara komersial pada 2018 mendatang. Total kapasitas di pabrik tersebut akan mencapai 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam atau 270 ribu ton TBS per tahun.
"Tetapi ini bisa dikembangkan hingga kapasitas 90 ton per jam," imbuhnya.
Sementara, Sekretaris Perusahaan Deddy Setiadi menuturkan, pabrik ini akan menjadi pabrik kelapa sawit ke sembilan milik Eagle High. Sebelumnya, perusahaan telah memiliki pabrik kelapa sawit yang berada di beberapa lokasi, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
"Penambahan pembangunan pabrik ini upaya perusahaan mengoptimalkan hasil produksi tandan buah segar dengan bertambahnya pokok kelapa sawit yang memasuki usia tanaman menghasilkan," paparnya.
Deddy menambahkan, sekitar 94 persen dari total lahan tertanam perusahaan yang masuk usia tanaman menghasilkan tahun ini. Sementara, usia rata-rata tanaman tahun ini, yakni 8,4 tahun.
Adapun, total lahan tertanam perusahaan saat ini seluas 153 ribu hektare (ha). Manajemen berharap, produksi tandan buah segar dapat semakin meningkat seiring semakin luasnya area tertanam yang memasuki usia tanaman menghasilkan.
Namun demikian, perusahaan enggan menyebut target atau ekspektasi perusahaan tahun ini. Namun yang pasti dapat lebih baik dari tahun lalu. Selain itu, perusahaan juga belum dapat menargetkan angka pasti untuk kinerja tahun ini karena cuaca yang belum pasti.
"Ini cuaca berubah-ubah, jadi tidak ada yang tahu berapa. Yang penting kan kalau buahnya ada pokok itu yang dipanen. Kalau hitung estimasi tidak ada yang tahu, semua tergantung cuaca," ucap Henderi.
Sekadar informasi, pendapatan perusahaan naik 35,2 persen menjadi Rp838,74 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp620,33 miliar. Namun, perusahaan masih menderita rugi bersih sebesar Rp18,19 miliar.