Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2017 berada di angka 5,01 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal I 2016 di kisaran 4,92 persen. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal IV 2016 yang sebesar 4,94 persen.
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama di tahun ini ditopang oleh kinerja perdagangan ekspor dan impor yang berhasil menorehkan surplus dalam tiga bulan berturut-turut.
Surplus perdagangan Indonesia, sambung Ketjuk, dapat terjadi lantaran adanya sentimen positif dari perbaikan harga sejumlah komoditas dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejumlah komoditas non migas di pasar internasional pada kuartal I 2017 secara umum mengalami peningkatan dan kondisi ekonomi global juga menunjukkan adanya peningkatan," ucap Ketjuk di Kantor BPS, Jumat (5/5).
BPS mencatat, surplus perdagangan ini tercermin dari hubungan dagang dengan sejumlah negara mitra, yakni dengan China menguat 6,9 persen dari sebelumnya 6,7 persen, perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) menguat 1,9 persen dari sebelumya 1,8 persen, dan perdagangan dengan Singapura menguat 2,5 persen dari sebelumnya 1,9 persen.
Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia US$40,61 miliar atau naik 1,33 persen secara kuartalan dan meningkat 20,84 persen secara tahunan. Sedangkan nilai impor Indonesia US$36,68 miliar atau menurun 0,75 persen secara kuartalan, namun meningkat 14,83 persen secara tahunan.
Selain perdagangan ekspor dan impor, pengeluaran pemerintah rupanya turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Tercatat, realisasi belanja pemerintah sampai kuartal I 2017 telah mencapai Rp400,14 triliun atau 19,23 persen dari target di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang mencapai Rp2.080,5 triliun.
"Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2016 yang sebesar Rp391,04 triliun atau 18,77 persen dari pagu 2016 Rp2.082,9 triliun," kata Ketjuk.
Sementara dari sisi konsumsi rumah tangga, masih cukup baik meski dari sisi inflasi cukup tertekan. Pasalnya, dalam tiga bulan pertama, masyarakat Indonesia mengalami sejumlah tekanan dari pengeluaran rumah tangga yang tercermin dari fluktuatifnya inflasi, tercatat Januari inflasi 0,97 persen, Februari inflasi 0,23 persen, Maret deflasi 0,02 persen.
Adapun inflasi kuartal I 2017 mendapat banyak tekanan dari komponen tingkat harga yang diatur oleh pemerintah (
administered price) berupa kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dalam tiga tahap bagi pengguuna listrik dengan kapasitas 900 voltampere (VA) yang tak lagi disubsidi pemerintah.
Kemudian dari sisi investasi juga mengalami peningkatan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, sepanjang kuartal I 2017, nilai investasi mencapai Rp165,8 triliun atau naik 4 persen secara kuartalan dan meningkat 13,2 persen secara tahunan.
Sepanjang kuartal I 2017 tercatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp2.377,5 triliun dan PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp3.227,2 triliun.