Jakarta, CNN Indonesia -- PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatat kontrak baru sebesar Rp1 triliun pada akhir April tahun ini. Angka itu baru mencapai 30,3 persen dari target kontrak baru perusahaan sebesar Rp3,3 triliun.
Direktur Utama Hadi Winarto Christianto menjelaskan, ada dua kontrak baru dalam waktu dekat yang perlu dicapai perusahaan. Sementara, perusahaan juga akan menggenjot sisa kontrak tahun lalu (
carry over).
"Ke depan kami akan memacu
carry over Rp3,5 triliun. Ada dua kontrak baru yang harus digapai. Kami optimis bisa memenuhi," ungkap Hadi, Jumat (5/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, beberapa kontrak tersebut terdiri dari Synthesis Apartemen Kemang, Hotel Solis Ubud Bali, Hotel and Showroom Srikandi Surabaya, dan Mason Pine Hotel Padalarang.
Kemudian, Yogya Sumber Sari Junction Bandung, Apsara Tower-The Khayangan Solo Baru, Cerestar Medan, dan Stasiun Cisauk BSD.
Hadi menyatakan, kegiatan perusahaan pada tahun ini lebih banyak pada pembangunan gedung komersil dibandingkan dengan pembangunan gedung di kawasan industri. Hal ini disebabkan pembangunan gedung dalam kategori industri sendiri tidak terlalu baik tahun lalu.
"Nah gedung komersil masih ada, investasi hotel, service apartemen yang konsisten. Kami masuk ke sana karena tidak membutuhkan pre sales sekian dulu baru berjalan," sambung Hadi.
Sekadar informasi, perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp495 miliar, turun 27,84 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp686 miliar. Hal ini mengakibatkan laba bersih perusahaan turun 31 persen menjadi hanya Rp20,7 miliar.
Hadi mengklaim, perusahaan telah mencoba masuk ke sektor infrastruktur sejak tahun lalu seiring dengan semakin cemerlangnya sektor tersebut. Hanya saja, hingga detik ini perusahaan belum mampu mendapatkan tender untuk proyek infrastruktur.
"Banyak di sektor infrastruktur adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi, tetapi kami tetap yakin ada kesempatan bagi kontraktor swasta untuk masuk," katanya.
Sementara itu, di sektor properti sendiri masih kurang menggeliat. Sehingga, dengan kecilnya nilai kontrak yang didapat berpengaruh pada kinerja perusahaan pada awal tahun ini. Ekspektasi aliran dana amnesti pajak yang akan membuat pasar properti kembali bergairah nyatanya belum terjadi.
"Ini masalah waktu, tidak terlalu lama lagi. Satu hingga dua proyek sudah bergerak yang tadinya ditahan pada 2016," pungkasnya.