Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyambut baik keputusan lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings yang mendapuk Indonesia sebagai layak investasi. S&P menaikkan rating utang luar negeri jangka panjang Indonesia menjadi BBB- (triple B minus) dari BB (double B).
Kenaikan peringkat S&P ini sekaligus mengukuhkan peringkat layak investasi Indonesia dari tiga lembaga pemeringkat internasional. Fitch Ratings dan Moody's telah lebih dulu menyematkan peringkat layak investasi kepada Indonesia.
"Ini semakin menegaskan pengakuan dunia internasional terhadap keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi, sistem keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian," ujarnya melalui siaran pers, Jumat (19/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus optimistis, perkembangan ekonomi Indonesia ini juga dirasakan oleh pelaku pasar dan stakeholder terkait lainnya. Karenanya, BI berkomitmen terus menjaga stabilitas makroekonomi guna mendukung berlanjutnya upaya reformasi struktural pemerintah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Mirza Adityawaswa berharap, S&P bisa menaikkan rating kredit Indonesia. Toh, Indonesia telah membuktikan mampu mengelola ekonomi dengan baik.
Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjaga, neraca pembayaran yang positif, defisit transaksi berjalan di bawah dua persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), termasuk upaya pemerintah untuk melakukan deregulasi.
"Apapun, hasil dari kredit rating yang jelas kami akan terus mengelola makroekonomi dengan prudent supaya situasi stabil dan pertumbuhan ekonomi bisa baik," kata Mirza saat ditemui di kompleks BI.
Dalam siaran pers, S&P menyebutkan bahwa BI sebagai bank sentral memegang peran kunci dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi dampak dari gejolak ekonomi dan keuangan kepada stabilitas makroekonomi.
Dalam kaitan ini, inflasi dapat dijaga dan sejalan dengan negara mitra dagang utama, independensi BI dalam menjaga pencapaian target kebijakan moneter dapat dipertahankan, penggunaan instrumen berbasis pasar dalam implementasi kebijakan moneter semakin besar dan penerapan fleksibilitas nilai tukar Rupiah semakin meningkat.
Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk Winang Budoyo mengungkapkan, euforia kenaikan rating S&P langsung terasa di pasar keuangan dan modal. Hal itu terlihat dari menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan meroketnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Kenaikan rating S&P ini adalah hal yang sudah ditunggu-tunggu,"imbuhnya.
Dengan kenaikan rating kredit dari S&P, Indonesia bisa memperluas basis investor yang sebelumnya terganjal absennya peringkat layak investasi dari S&P. Salah satunya, investor pengelola dana pensiun yang investasinya bersifat jangka panjang.
Ke depan, Winang berharap, pemerintah melanjutkan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan sehat.
"S&P melihat public finance yang lebih sehat yang menjadi salah satu faktor pendorong (kenaikan rating). Ini adalah hal yang positif bagi Indonesia," jelasnya.
Sebagai informasi, S&P sebelumnya mengafirmasi rating Indonesia pada level BB+/Outlook Positive pada 1 Juni 2016.