Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) melihat tren perpindahan konsumsi premium ke pertalite mulai menunjukkan pelemahan di tahun ini. Pasalnya, saat ini perbedaan harga diantara kedua produk BBM tersebut tidak cukup memotivasi pelanggan untuk berpindah dari premium ke pertalite.
Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar menuturkan, saat ini harga pertalite dibanderol Rp7.500 per liter, sedangkan premium berada di angka Rp6.550 per liter. Dengan perbedaan harga mencapai RpRp950 per liter, pengguna premium yang peduli dengan pengeluarannya semakin enggan beralih ke Pertalite.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan periode serupa tahun lalu, di mana perbedaan kedua harga produk tersebut berkisar antara Rp300 hingga Rp400 per liter. "Diskrepansi harga yang semakin tinggi membuat pertumbuhan migrasi dari premium ke pertalite stagnan. Namun, bukan berarti migrasi ini sudah berhenti sama sekali," jelas Iskandar, Senin (22/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaannya, pelanggan premium akan enggan berpindah ke pertalite jika perbedaan harganya mencapai Rp1.000 per liter. Meski tren harga minyak akan melonjak dan potensi selisih harga akan meningkat, ia yakin masih akan ada perpindahan konsumsi premium ke pertalite hingga akhir tahun mendatang.
Ia meramal, porsi konsumsi Pertalite bisa mengambil 62,5 persen dari total penjualan bensin
(gasoline) Pertamina hingga akhir 2017 mendatang. Angka ini diprediksi lebih baik dibanding posisi akhir 2016 lalu sebesar 27 persen. Hingga 21 Mei 2017, total konsumsi pertalite mencapai 39,24 ribu kiloliter (kl) per hari atau 41,36 persen dari penjualan bensin harian sebesar 94,88 ribu kl per hari.
Pada akhir 2016, pertalite mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 837,98 persen dari 3.538 kl per hari di akhir 2015 ke angka 33,18 ribu kl per hari. Hal ini membuat porsi Pertalite terhadap penjualan bensin perusahaan meningkat dari 4,2 persen ke angka 27 persen. Di sisi lain, kenaikan penjualan Pertalite menggerus penjualan Premium dan menurunkan porsi penjualannya dari 86,8 persen ke angka 53 persen.
"Tentu peluang migrasi masih ada terutama bagi distribusi di luar Jawa, karena terminalnya perlu disiapkan. Jawa dan Sumatera sudah kita lakukan penetrasi, Kalimantan, Maluku, dan Papua saat ini belum tersedia, ya kita siapkan," ujar Iskandar.
Meski demikian, bukan berarti tren penjualan pertalite di Jawa akan semakin melemah. Saat ini, tambah Iskandar, banyak pelanggan pertamax yang beralih ke pertalite karena harga bahan bakar berkadar oktan 92 itu juga meningkat. Adapun, saat ini harga pertamax tercatat Rp8.250 per liter atau meningkat Rp900, dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp7.350 per liter.
"Yang ada larinya malah dari pertamax ke pertalite," pungkasnya.
Hingga akhir tahun 2016, Penjualan BBM pada tahun 2016 tercatat sebesar 64,63 juta kl atau meningkat 2,8 persen dibanding tahun sebelumnya 61,8 juta kl. Konsumsi itu terdiri dari penugasan BBM sebesar 23,78 juta kiloliter (kl), penjualan Bahan Bakar Khusus (BBK) sebesar 10,65 juta kl, BBM umum sebesar 11,15 juta kl, aviasi sebesar 5,2 juta kl, dan BBM industri dan perkapalan sebesar 13,85 juta kl.