Pengusaha SPBU Sebut Konsumsi Premium Meningkat Lagi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 09 Jan 2017 15:20 WIB
Keputusan Pertamina meningkatkan harga Pertamax dan Pertalite membuat konsumen kembali beralih menggunakan Premium.
Keputusan Pertamina meningkatkan harga Pertamax dan Pertalite membuat konsumen beralih lagi menggunakan Premium. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menyebut permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) penugasan jenis premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) melonjak kembali awal tahun ini. Hal ini disebabkan karena harga BBM khusus, seperti pertamax series dan pertalite melonjak dalam beberapa waktu terakhir.

Sekretaris Jenderal Hiswana Migas Syarief Hidayat mengatakan, migrasi konsumsi dari BBM khusus ke BBM penugasan memang lumrah terjadi jika ada perubahan harga. Namun, ini merupakan indikasi awal saja. Perubahan pola konsumsi masyarakat biasanya akan terjadi dalam jangka waktu tiga pekan hingga satu bulan setelah perubahan harga dilakukan.

Sayangnya, ia tak bisa menyebutkan persentase kenaikan konsumsi harian premium hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akui, ada perubahan konsumsi BBM semenjak Pertamina menyesuaikan harga pertamax series. Namun, ini semua masih indikasi saja, belum sangat signifikan. Tetapi, sudah banyak pelanggan yang membeli premium kembali," ujar Syarief kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/12).

Lebih lanjut ia menjelaskan, lonjakan premium ini kadang tidak disertai dengan pasokan yang memadai. Sampai saat ini, ia mengaku, telah mendengar keluhan dari beberapa SPBU yang mengatakan kekurangan stok premium.

Kendati demikian, langkanya pasokan ini dianggap bukan sepenuhnya salah Pertamina. Perusahaan pelat merah itu masih memasok premium dengan angka penyaluran (Daily Objective Throughput/DOT) yang lama dan tidak memperhitungkan kenaikan konsumsi ini.

"Selain itu, kami merasa Pertamina masih menyalurkan BBM dengan lancar. Tidak ada kendala yang berarti di saat penyalurannya, semua berjalan baik. Hanya saja, suplainya kurang untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi ini," tutur Syarief.

Tak cuma itu, ia menuturkan, kesalahan kadang muncul dari sisi pengusaha SPBU yang terkadang belum melaporkan kekurangan suplai. Sehingga, Pertamina masih menyalurkan BBM dengan angka sebelumnya.

"Memang, kesalahan juga kadang ada di SPBU, antisipasinya bisa saja terlambat. Tetapi, kalau ada kekosongan, biasanya kami lapor," imbuhnya.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) telah menaikkan harga pertamax sebesar Rp700 per liter sejak November 2016. Ini mengakibatkan harga pertamax di Jawa dan Bali pada Januari 2017 melesat menjadi Rp8.050 per liter dari sebelumnya Rp7.350 per liter.

Tak hanya itu, Pertamina juga meningkatkan harga pertalite Rp450 per liter sejak Desember tahun lalu. Kini, harga BBM dengan kadar oktan 90 tersebut dibanderol Rp7.350 per liter dari sebelumnya Rp6.900 per liter.

Menurut data Pertamina, hingga kuartal III 2016, konsumsi pertalite dan pertamax mencapai 44,7 persen dari penjualan bensin Pertamina. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan Januari 2016 sebesar 12,6 persen.

Di sisi lain, proporsi premium terhadap seluruh penjualan bensin Pertamina tercatat sebesar 54,5 persen. Angka ini menurun drastis dibanding posisi awal 2016 sebesar 86,8 persen. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER