Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ini, Selasa (23/5). Mayoritas pelaku pasar diprediksi mulai melakukan aksi ambil untung (
profit taking).
Analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menjelaskan, selain memanfaatkan kenaikan IHSG yang signifikan pada akhir pekan lalu, sebagian pelaku pasar juga melakukan aksi jual karena panik terhadap laju IHSG.
"Pelaku pasar mulai banyak yang
panic selling karena menganggap IHSG sudah kemahalan," ungkap Reza dalam risetnya, dikutip Selasa (23/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini membuat sentimen positif dari kenaikan rating utang Indonesia menjadi layak investasi oleh Standard & Poor's (S&P) tidak berpengaruh banyak terhadap laju IHSG seperti akhir pekan lalu.
"Meski masih adanya sentimen positif dari kenaikan rating dan terapresiasinya rupiah tapi tetap waspadai pelemahan lanjutan," papar Reza.
Namun, Reza mengingatkan agar pelaku pasar tetap tenang dan tidak panik dengan melakukan banyak aksi jual. Selain itu, pelaku pasar diharapkkan lebih selektif. Hari ini, ia memprediksi IHSG bergerak dalam rentang
support 5.658-5.703 dan
resistance 5.834-5.920.
Di sisi lain, Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menjelaskan, IHSG berpeluang bangkit (
rebound) didorong oleh saham emiten berbasis komoditas. Hal tersebut disebabkan naiknya beberapa harga komoditas, seperti minyak mentah dunia 0,7 persen di level US$51,02 per barel.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan
support di 5.700 dan
resistance di 5.800," kata David dalam risetnya.
Sekadar informasi, IHSG pada perdagangan kemarin melemah ke level 5.749, atau turun 42,43 poin (0,73 persen). Sementara, asing kembali tercatat beli bersih (net buy) sebesar Rp671,94 miliar.
Sementara itu, indeks utama saham Wall Street mengalami penguatan pada penutupan tadi malam. Dow Jones naik 0,43 persen, S&P500 merangkak 0,52 persen, dan Nasdaq 0,82 persen.
"Penguatan Wall Street terutama dipicu respon atas kunjungan Donald Trump ke Saudi yang menghasilkan sejumlah kesepakatan dagang yang mengangkat saham industri dan kenaikan saham sektor energi," papar David.