Jakarta, CNN Indonesia -- Mayoritas harga saham emiten sektor perdagangan dan jasa bergerak negatif sepanjang pekan lalu. Hal ini membuat laju indeks sektor tersebut bergerak melemah di tengah penguatan indeks sektor lainnya.
Pekan lalu, indeks sektor perdagangan dan jasa terkoreksi ke level 903,770 dari sebelumnya 910,210. Bila dicermati, penurunan ini sudah terjadi selama tiga pekan berturut-turut.
Sementara tiga pekan lalu, indeks sektor perdagangan dan jasa melemah 1,17 persen, kemudian berlanjut sebesar 0,23 persen, dan terakhir pekan lalu terkoreksi 0,71 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa saham yang berkontribusi dalam pelemahan sektor perdagangan dan jasa sepanjang pekan lalu diantaranya, PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).
Dalam hal ini, penurunan saham Media Nusantara tercatat paling signifikan hingga 8,05 persen. Pada awal pekan lalu harga saham emiten tersebut masih di level Rp1.925 per saham, tetapi pada akhir pekan ditutup di level Rp1.770 per saham.
Kemudian, saham RS Mitra Keluarga turun 2,21 persen, United Tractors terkoreksi 1,62 persen, Indoritel Makmur melemah 0,4 persen, dan Elang Mahkota bergerak stagnan sepanjang pekan lalu.
"Dari 85 emiten perdagangan yang sudah merilis kinerja keuangannya, 40 di antaranya mencatatkan penurunan laba bersih, dimana 28 emiten mengalami kerugian," ucap analis Oso Securities, Riska Afriani kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (19/5).
Bila dilihat dari lima emiten tersebut, laba bersih Media Nusantara kuartal I 2017 mengalami penurunan 12,62 persen menjadi Rp419 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp479,55 miliar.
Kemudian, Indoritel Makmur menderita rugi bersih sebesar Rp31,17 miliar. Raihan ini berbanding terbalik dengan sebelumnya yang tercatat laba bersih sebesar Rp45,84 miliar. Sementara, tiga emiten lainnya mengalami peningkatan laba bersih, tetapi hal itu belum cukup mendongkrak harga saham pada pekan lalu.
"Pelemahan yang terjadi pada indeks sektor perdagagan saya lihat bukan hanya karena faktor teknikal, tetapi secara fundamental juga belum cukup mendukung, sehingga sektor perdagangan dinilai belum cukup menarik untuk pelaku pasar," papar Riska.
Menurut Riska, saham Elang Mahkota dan Indoritel Makmur termasuk yang tidak likuid di pasar modal. Artinya, kedua saham itu belum mampu menarik pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di saham tersebut.
Di sisi lain, analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta Utama juga menganggap PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Multipolar Tbk (MLPL), dan PT Modern Internasional Tbk (MDRN) tidak liquid di pasar modal.
Menurut Nafan, selain karena laporan keuangan yang tidak memuaskan, hal lainnya yang juga membuat pergerakan indeks sektor perdagangan dan jasa melemah karena daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.
"Jika situasi politik dalam negeri yang belum kondusif, maka hal ini akan menekan daya beli masyarakat," ungkap Nafan.
Pasalnya, beberapa emiten yang termasuk dalam indeks sektor perdagangan dan jasa juga ada yang bergerak dalam bisnis department store seperti, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Barang yang dijual oleh kedua emiten itu bisa dibilang bukan kebutuhan sehari-sehari, tetapi kebutuhan primer. Sehingga, bila daya beli masyarakat melemah maka masyarakat akan mnedahulukan kebutuhan sehari-seharinya terlebih dahulu. Untuk pekan ini, beberapa harga saham sektor perdagangan dan jasa diprediksi belum akan bangkit (rebound) bila dilihat secara teknikal. Telebih lagi, beberapa emiten masih membukukan kinerja yang negatif dalam tiga bulan pertama tahun ini.
"Sebaiknya saham-saham sektor perdagangan sebaiknya harus dihindari," imbuh Nafan.
Namun begitu, ia melihat ada sedikit peluang sinyal beli (buy) untuk tiga emiten sektor perdagangan dan jasa, diantaranya PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM), dan Mitra Keluarga.
Sementara, Riska masih optimistis dengan sektor ini. Menurutnya, indeks sektor perdagangan dan jasa memiliki potensi untuk bangkit setelah mengalami penurunan dalam tiga pekan berturut-turut. Hal ini disebabkan, pelaku pasar akan mencari sektor lainnya yang berada di area jenuh jual (oversold).
"Ketika sektor favorit sudah mengalami jenuh beli (overbought), tentu akan mencari sektor lain yang secara teknikal dinilai masih berada pada area oversold," pungkas Riska.
Terlebih lagi, beberapa saham emiten berkapitalisasi besar yang berada dalam sektor perdagangan dan jasa dinilai Riska masih menarik bagi pelaku pasar.
Berdasarkan akhir perdagangan Jumat (19/5) lalu, lima emiten dengan kapitalisasi besar di sektor tersebut, yakni United Tractors, Elang Mahkota, Matahari Department, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), dan Indoritel Makmur.
Secara keseluruhan, ia memberikan rekomendasi buy untuk saham berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI), seiring masih hangatnya sentimen positif dari Standard & Poor's (S&P).
Seperti diketahui, akhir pekan lalu lembaga pemeringkat internasional itu menaikan peringkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia menjadi BBB- dari BB+ atau layak investasi.