Impor Minyak Dari UEA, Pertamina Bisa Dapat Harga Murah

CNN Indonesia
Selasa, 23 Mei 2017 09:18 WIB
PT Pertamina (Persero) yakin bisa mendapatkan harga yang lebih murah karena terdapat kesepakatan antar pemerintah (Government-to-Government/G-to-G).
PT Pertamina (Persero) yakin bisa mendapatkan harga yang lebih murah karena terdapat kesepakatan antar pemerintah (Government-to-Government/G-to-G). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berpeluang mendapatkan impor minyak dengan harga yang lebih murah dari Uni Emirat Arab (UEA) setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menandatangani berbagai kesepakatan dengan Menteri Energi UEA Suhail Mohammed Faraj Al Mazrouei.

Direktur Pemasaran Pertamina Mochamad Iskandar mengatakan, selama ini Pertamina memang memiliki kontrak jangka panjang (long term contract) dengan UEA, namun belum termasuk ke dalam kesepakatan antar pemerintah (Government-to-Government/G-to-G). Dengan adanya G-to-G, ia yakin Pertamina bisa mendapatkan harga yang lebih murah.

Sayangnya, ia enggan menyebut efisiensi harga yang dimaksud. "Dengan komitmen G-to-G itu juga open kan dengan market, sehingga harganya bisa murah. Angkanya saya belum punya terus terang," ujar Iskandar, Senin (22/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut ia mengatakan, impor tersebut sedianya bisa dilakukan tahun ini mengingat penjajakan ke UEA sudah dilakukan sejak 2016 lalu. Saat ini, lanjutnya, Pertamina memang tengah mencari sumber minyak yang lebih efisien.

"Kami sudah mulai searching, belanja ke Irak dan ke negara lain, sudah mulai turun (harganya). Ini kami lakukan demi efisiensi," jelasnya.

Dengan adanya kesepakatan G-to-G, Pertamina tak perlu mengubah kontrak impor minyak baru. Menurutnya, kerja sama ini tinggal melanjutkan kesepakatan yang sudah ada saja.

"Untuk besaran volumenya, nanti disesuaikan dengan kebutuhan," paparnya.

Menurut Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017, perusahaan pelat merah itu akan mengimpor minyak sebesar 155,39 juta barel sepanjang tahun ini. Angka itu meningkat 15,96 persen dari realisasi impor tahun lalu 134 juta barel.

Impor dilakukan karena produksi minyak Pertamina yang ditarget sebesar 181,3 juta barel masih belum cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Lebih lanjut, impor minyak mentah yang terbesar rencananya berasal dari Asia dengan besaran 60 juta barel yang disusul oleh Afrika dengan volume 54 juta barel.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER