Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyatakan program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga yang digalakkan oleh perusahaan energi pelat merah tersebut merupakan implementasi pemerataan yang tidak membebani perseroan.
Ia mengatakan, kebijakan BBM Satu Harga ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo ketika dirianya masih menjabat sebagai Dirut Pertamina. Ia menilai hal itu adalah kebijakan yang luar biasa sebagai implementasi sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
"BBM Satu Harga itu biayanya bisa dipikul oleh Pertamina sendiri, karena volume yang didistribusikan ke daerah terpencil, terluar, dan tertinggal itu relatif kecil. Oleh karenanya, kebijakan BBM Satu Harga tidak menaikkan subsidi," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsep awal dari pencanangan satu harga BBM itu, kata Dwi, ditujukan pada daerah-daerah terpencil yang tentunya konsumsi BBM-nya tak banyak.
Dwi mengatakan keputusan Presiden Joko Widodo yang ingin memukul rata tarif BBM di seluruh Indonesia pasti sudah melalui pertimbangan yang sangat matang. Dia menilai Jokowi ingin membuat masyarakat lebih mandiri hingga akhirnya memberi subsidi tambahan tersebut.
"Rasanya arahan Pak Presiden begitu, yaitu agar masyarakat mandiri dan subsidi itu diarahkan pada pihak yang memang membutuhkan, bukan ke komunitas," ujarnya.
Sebelumnya, Pertamina menambah panjang daftar wilayah cakupan program BBM Satu Harga. Pulau Halmahera di Provinsi Maluku menjadi wilayah ke-10 dari target 54 titik wilayah yang ingin direalisasikan Pertamina di sepanjang tahun ini.
Penambahan satu wilayah tersebut membuat realisasi program hingga saat ini mencapai 18,51 persen dari target tahun ini. Pertamina berencana merealisasikan 44 lokasi sisanya di sisa sembilan bulan terakhir tahun ini.
Catatan Redaksi: Berita ini merupakan pembaruan dari artikel berjudul "Dwi Soetjipto Kritik Program BBM Satu Harga Pertamina". Berita ini diubah karena terdapat kesalahan pengutipan oleh redaksi CNNIndonesia.com. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan akibat pemberitaan sebelumnya.