Enam Bank Disebut Ikut Andil Rusak Hutan

CNN Indonesia
Jumat, 02 Jun 2017 10:27 WIB
Pinjaman dari enam bank besar disebut terhubung dengan sembilan perusahaan minyak kelapa sawit penyebab penggundulan hutan dan penghancuran lahan gambut.
Seluruh bank di Asia Tenggara sebelumnya telah membuat perjanjian untuk mengembangkan peraturan pinjaman yang berkelanjutan pada 2015 lalu sejak terjadinya kabut asap besar di Indonesia. (CNN Indonesia/Agustiyanti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil Penelitian dari Rainforest Foundation Norway dan Fair Finance Guide menunjukkan bank-bank besar yang membiayai separuh pinjaman ke sektor kelapa sawit belum menerapkan kriteria pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance) ketika menyalurkan kredit.

Rainforest Foundation Norway (RFN) adalah sebuah organisasi non-pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) yang bekerja untuk melindungi hutan hujan dunia dan menjamin hak-hak hukum penduduknya. Sedangkan Fair Finance Guide adalah jaringan masyarakat sipil yang bertujuan untuk memperkuat komitmen bank dan lembaga keuangan lainnya terhadap standar sosial, lingkungan dan hak asasi manusia.

Penelitian tersebut meninjau enam bank yang menyumbang sekitar 50 persen dari pinjaman untuk pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Adapun keenam bank tersebut terdiri dari bank-bank asal Indonesia, yakni Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, serta bank-bank asal Singapura yakni OCBC dan DBS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pinjaman ke enam bank tersebut belakangan ini disebut terhubung dengan sembilan perusahaan minyak kelapa sawit yang menyebabkan penggundulan hutan, penghancuran lahan gambut, dan/atau pelanggaran hak asasi manusia. Pada beberapa kasus, aktifitas dari perusahaan-perusahaan minyak sawit tersebut bahkan disebut muncul dalam pelanggaran kebijakan, peraturan, dan undang-undang Indonesia.

Kesembilan perusahan besar minyak sawit tersebut yakni, Ganda, Tunas Baru Lampung, BEST Group, HPI Agro, Korindo, Sampoerna Agro, IndoAgri/Salim, Darmex Agro/Duta Palma dan Sawit Sumbermas Sarana.

“Para bank merupakan bagian utama dari permasalahan kelapa sawit karena mereka mendanai kerusakan dan ketidak etisan para perusahaan–perusahaan kelapa sawit,” kata Lorelou Desjardins dari Rainforest Foundation Norway, dikutip dari keterangan resmi, Jumat (2/6).

Laporan tersebut mengungkap, empat bank terbesar di Indonesia (Mandiri, BRI, BNI and BCA ) menyumbang separuh dari seluruh pinjaman yang mendukung produksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Indonesia, dengan jumlah pinjaman mencapai Rp 168 triliun.

Seluruh bank di Asia Tenggara sebelumnya telah membuat perjanjian untuk mengembangkan peraturan pinjaman yang berkelanjutan pada 2015 lalu sejak terjadinya kabut asap besar di Indonesia. Namun, laporan dari hasil perjanjian tersebut menyatakan, belum ada peningkatan yang nyata semenjak program tersebut dibuat.

“Kami ingin bank - bank dari Indonesia dan Singapura meninggalkan kebiasaan-kebiasaan model lama. Bank-bank seharusnya lebih maju, menolak pemberian pinjaman ketika investasi-investasi seperti itu mengancam kehancuran lingkungan, perubahan iklim, dan pelanggaran hak asasi manusia,” terang Rotua Nuraini, dari Fair Finance Guide Indonesia.

Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru akan menerbitkan aturan tentang penerapan keuangan berkelanjutan. Rencananya, aturan tersebut akan dirilis pada Juli mendatang. Kendati demikian, OJK sebenarnya sudah menerbitkan peta jalan keuangan berkelanjutan sejak 2015 lalu yang akan kembali ditegaskan melalui Peraturan OJK.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER