Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 35 perusahaan yang berencana menerbitkan surat utang (obligasi) senilai Rp65,3 triliun pada tahun ini.
Direktur Penilaian Perusahaan Samsul Hidayat mengatakan, 35 perusahaan yang sudah masuk
pipeline tersebut tengah memproses rencana tersebut, baik pada regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI.
"Yang 35 perusahaan ini masih dalam proses. Terakhir datanya Rp65,3 triliun," ucap Samsul, Jumat (3/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun hingga saat ini, Bursa Efek Indonesia mencatat realisasi penerbitan obligasi pada tahun ini sebesar Rp39,1 triliun dari 23 perusahaan. Maraknya perusahaan yang mencari pendanaan lewat aksi korporasi penerbitan obligasi pada tahun ini membuat BEI optimis jumlah emisi obligasi akan meningkat dari tahun 2016 sebesar Rp112 triliun.
"Bisa meningkat 30 persen (dari total 2016)," imbuh Samsul.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, naiknya peringkat utang Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P) menjadi layak investasi dapat menjadi katalis bagi banyaknya perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Pasalnya, kondisi makro ekonomi yang stabil secara tidak langsung tergambar dari pemberian rating oleh Lembaga Pemeringkat Internasional tersebut. Dengan demikian, risiko dalam melakukan investasi di Indonesia semakin rendah.
"Sekarang kan
yield turun, kalau
yield turun artinya harga naik.
Yield turun bisa diartikan juga risiko kecil. Investor cenderung melihat itu," ungkap Aditya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (3/6).
Dengan turunnya
yield obligasi korporasi, maka menurut dia, akan semakin kecil juga biaya bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada investor. Hal ini membuat perusahaan gencar menerbitkan obligasi untuk memanfaatkan momentum yang ada.
Sementara itu, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan, maraknya perusahaan yang mengeluarkan obligasi juga mengejar waktu sebelum The Fed resmi menaikan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini.
"Kalau suku bunga The Fed naik, akan mempengaruhi yield. Biaya bunga yang harus dibayarkan bisa naik," kata Hans.
Namun, jika perusahaan telah mengeluarkan obligasi lebih dulu sebelum The Fed menaikan suku bunga acuan maka tingkat bunga tidak akan berubah.
Menurutnya, perusahaan yang akan menerbitkan obligasi biasanya akan menggunakan dananya untuk ekspansi dan pembiayaan kembali
(refinancing). Namun, saat ini perusahaan terlihat cenderung menggunakan dana dari obligasi untuk ekspansi, mengingat kondisi ekonomi yang terbilang cukup baik.
"Ekonomi saat ini lebih baik, salah satunya dilihat dari pergerakan harga komoditas lebih baik jadi kinerja juga lebih bagus. Jadi perusahaan sepertinya lebih banyak ekspansi," papar Hans.
Sekadar informasi, terdapat tiga pencatatan obligasi yang dilakukan pekan lalu di BEI. Salah satunya, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang menerbitkan Obligasi sebesar Rp2 triliun. Adapula, PT Oto Multiartha yang mengeluarkan Obligasi sebesar Rp1 triliun dan PT Indosat Tbk (ISAT) sebesar Rp2,7 triliun.