Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut dua anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menyatakan minatnya untuk melantai di bursa saham.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat menjelaskan, salah satu anak BUMN itu bergerak dalam sektor konstruksi. Rencananya, keduanya akan menggunakan buku laporan keuangan bulan Juni. Sehingga, waktu batas maksimal melakukan pencatatan pada Januari tahun 2018.
"Mereka sudah datang ke kami, ngobrol-ngobrol. Pakai pembukuan Juni,
listing terakhir masih bisa Januari," ungkap Samsul, Kamis (8/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, kedua anak BUMN tersebut belum menyerahkan dokumen. Menurut Samsul, kemungkinan besar
mini expose akan dilakukan pada kuartal III ini.
"Ya antara Agustus atau September," terang Samsul.
Sebelumnya, Kementerian BUMN mengatakan, sembilan anak BUMN akan dipersiapkan untuk melakukan penawaran umum saham perdana (
Initial Public Offering/IPO) tahun ini dengan total perolehan dana mencapai Rp21 triliun.
"Kalau dilihat, ini total IPO bisa Rp19 triliun-Rp21 triliun," ucap Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro.
Beberapa anak BUMN tersebut, di antaranya anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni, PT Tugu Pratama Indonesia. Kemudian, anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) yaitu PT Jasa Armada Indonesia. Sementara, tujuh lainnya berada di sektor asa penerbangan, properti, kontstruksi, dan infrastruktur.
Beberapa emiten BUMN pun memang telah merencanakan untuk mengantar anak usahanya IPO. Salah satunya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang akan melepas tiga anak usahanya tahun ini untuk menjadi perusahaan publik.
Direktur Keuangan PT PP Agus Purbianto menjelaskan, tiga anak usaha yang akan melakukan IPO di antaranya, PT PP Peralatan, PT PP Urban, dan PT PP Energi. Namun sebelum itu, PT PP akan melakukan akuisisi terlebih dahulu.
Selain itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) juga berencana mengantar dua anak usahanya melantai di bursa, yaitu PT Wika Realty dan PT Wika Gedung. Keduanya direncanakan melepas saham ke publik sebesar 30 persen-35 persen.
Sekadar informasi, total pipeline emiten baru saat ini sebanyak 16 emiten. Sementara, total emiten baru sebanyak sembilan, di mana salah satunya baru mencatatkannya hari ini, yaitu PT First Indo American Leasing Tbk (FINN).
"Jadi masih ada 16 emiten lagi," imbuh Samsul.
Ia menyebut, jumlah beberapa aset perusahaan yang masuk dalam pipeline bervariasi. Namun, satu diantaranya memiliki aset tinggi dengan nilai Rp5 triliun.