Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak bervariasi pada perdagangan hari ini, Kamis (15/6), karena pelaku pasar berpotensi melakukan aksi ambil untung (profit taking) jangka pendek.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, saham-saham berbasis komoditas energi rawan terkoreksi akibat pelemahan harga komoditas. Sementara, saham berbasis barang konsumsi dan transportasi diperkirakan menguat.
"Saham-saham yang diuntungkan, seperti seperti sektor transportasi, konsumsi, dan yang terkait dengan ekspektasi penurunan inflasi akan diburu pemodal," ujarnya dalam risetnya, dikutip Kamis (15/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan The Fed tadi malam akan berdampak langsung pada pergerakan rupiah dikarenakan dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menguat.
Pasar modal dalam negeri juga akan dipengaruhi oleh data neraca perdagangan Indonesia Mei lalu dan kebijakan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) yang akan diputuskan siang ini. Diperkirakan BI menahan suku bunga di level 4,75 persen.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5.760 dan resistance di 5.810 berpeluang menguat terbatas," terang David.
Analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya menyebut, BI belum akan mengubah tingkat suku bunga. Sementara, IHSG masih berada dalam rentang konsolidasi berpeluang menguat.
"Peluang koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan investor yang memiliki rentang investasi jangka panjang untuk melakukan pembelian," kata William dalam risetnya.
Dengan demikian, William memproyeksikan, IHSG akan bergerak dalam rentang support 5.707 dan resistance 5.826.
Adapun, bursa saham Wall Street bergerak bervariasi tadi malam. Dow Jones ditutup di level tertinggi terbarunya di 21.374,56 atau naik 0,22 persen setelah The Fed mengerek suku bunga menjadi 1,25 persen.
"Ini merupakan kenakan ketiga kalinya dalam rentang waktu enam bulan terakhir," imbuh David.
Kemudian, S&P500 dan Nasdaq tadi malam masing-masing terkoreksi 0,1 persen dan 0,41 persen di 2.437,92 dan 6.194,89. Pelemahan yang terjadi pada indeks S&P500 diakibatkan adanya koreksi beberapa saham sektor energi dan material.
"Harga minyak mentah tadi malam kembali anjlok 3,83 persen di US$44,68 per barel," tutup David.