Jakarta, CNN Indonesia --
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengaku, masih melanjutkan proses transaksi pembelian saham perusahaan kontraktor asal Australia yang juga tercatat di bursa saham Australia, Macmahon Holdings Limited. Saat ini, Medco telah memproses perjanjian awal atau head of agreement (hoa) terkait pembelian saham tersebut.
Pemilik Medco Arifin Panigoro menjelaskan, pihaknya sedang mengajak perusahaan tersebut untuk menambang di lahan tambang milik perusahaan. Namun, ia mengaku masih belum dapat memaparkan bisnis model dari akuisisi tersebut secara spesifik.
"Intinya mau ngajak mereka masuk, nah itu ada model bisnis yang lagi diatur," ungkap Arifin, Jumat (16/6).
Menurutnya, ada beragam proses yang masih harus dijalani keduanya dalam menuntaskan transaksi ambil alih saham di Macmahon. Dalam keterbukaan informasi di bursa Australia, Macmahon akan menerbitkan saham baru sebanyak 954 juta saham, guna memberikan jalan masuk bagi cucu usaha Medco Internasional, Amman Mineral Contractors Pte. Ltd. (AMC).
Rencananya, Macmahon akan menawarkan saham tersebut di level A$0,203 per saham. Melalui penawaran tersebut, AMC akan menggenggam 44,3 persen saham di Macmahon. Saat ini, 65 persen saham AMC digenggam oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Sementara sisanya, dimiliki oleh PT AP Investment.
Macmahon juga akan meminta izin kepada pemilik saham untuk mengesahkan transaksi tersebut bulan depan. Adapun lahan tambang milik Medco yang berpotensi ditambang Macmahon, antara lain Blok Batu Hijau, Blok Elang dan Blok Nangka.
Pembangunan Smelter Medco
Di sisi lain, rencana Medco untuk membangun pemurnian mineral (smelter) dengan kapasitas 1-2 juta ton per tahun saat ini masih dalam studi kelayakan. Menurut Arifin, jika perusahaan jadi melakukan kerja sama pembangunan tersebut dengan PT Freeport Indonesia (PTFI), maka jumlah kapasitas akan menjadi dua kali lipat.
"Kami masih menunggu Freeport dengan pemerintah ini, kami terus melakukan pembicaraan juga," jelas Arifin.
Artinya, jika kerja sama dalam membangun smelter itu terealisasi, maka jumlah kapasitas yang dimiliki dapat mencapai 4 juta ton per tahun. Namun begitu, Medco Internasional terus melakukan studi kelayakan jika membangun sendiri dan kerja sama.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan Amman Mineral berencana membangun fasilitas smelter di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Smelter tersebut rencananya memiliki kapasitas 1,5 juta ton per tahun.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan, nilai investasi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan sebesar US$9 miliar yang terdiri dari US$1 miliar pembangunan smelter dan US$8 miliar biaya operasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT