Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 akan lebih rendah dari proyeksi semula dikisaran 5,1 persen. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik pada kuartal ketiga mendatang.
"Sehingga secara tahunan tetap sama bahwa pertumbuhan ekonomi antara 5 persen sampai 5,4 persen. Titiknya kurang lebih sama. Artinya, pertumbuhan ekonomi bergeser (lebih kuat) ke kuartal III," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Kementerian Keuangan, Senin (19/6).
Agus menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini akan lebih tinggi lantaran mendapat sentimen positif dari mulai tumbuhnya investasi, khususnya dari kalangan swasta. Adapun investasi swasta tersebut menurut Agus, diperkirakan tak hanya mengalir pada investasi bangunan, tetapi juga non bangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pada kuartal kedua ini, investasi belum banyak terdongkrak sehingga belum dapat banyak mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, Agus enggan memproyeksi lebih detail kisaran angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tersebut.
Sebagai pembanding, pada kuartal pertama tahun ini, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,01 persen dengan kontribusi terbesar dari konsumsi rumah tangga sebesar 56,94 persen. Adapun Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menyumbang 31,56 persen, ekspor 20,5 persen, konsumsi pemerintah 6,58 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Non Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) 1,19 persen.
Sementara itu, berdasarkan pertumbuhan indikatornya, pertumbuhan tertinggi dialami oleh ekspor yang tumbuh 8,04 persen, PK-LNPRT 8,02 persen, impor tumbuh 5,02 persen, konsumsi rumah tangga 4,93 persen, PMTB 4,81 persen, dan terakhir konsumsi pemerintah tumbuh 2,71 persen.
Inflasi Juni 0,5 PersenSementara itu, Agus memperkirakan, inflasi Juni masih akan berada dikisaran 0,5 persen. Hal ini berdasarkan pada hasil survei bulanan BI. Dengan proyeksi tersebut, maka secara tahunan, inflasi Juni 2017 akan berada dikisaran 4,17 persen atau lebih baik dibandingkan Juni 2016 sebesar 4,33 persen.
"Kami lihat pengendalian inflasi dilakukan dengan baik terutama pasokan yang memadai sehingga inflasi sejalan dengan target kami, 4 persen plus minus 1 persen," kata Agus.
Kendati proyeksi inflasi tinggi, namun Agus melihat bahwa sumbangan tak besar dari komponen tingkat harga yang diatur oleh pemerintah
(administered price). Pasalnya, imbas dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) berkapasitas 900 Volt Ampere (VA) sudah rendah.
"Secara umum, dampak inflasi (dari TDL) terakhir di Juni ini," imbuh Agus.
Sumbangan inflasi yang mungkin lebih tinggi, menurut dia, akan berasal dari sisi gejolak harga pangan
(volatile foods). Kendati demikian, Agus memastikan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah berupaya agar inflasi dari harga pangan tak tinggi dengan memastikan ketersediaan pasokan pangan.