Inalum Bakal Punya Pabrik Aluminium Anyar di 2025

CNN Indonesia
Kamis, 22 Jun 2017 13:44 WIB
Pabrik baru dibutuhkan, mengingat pabrik aluminium di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, sudah tak bisa digenjot lagi produksinya.
Pabrik baru dibutuhkan, mengingat pabrik aluminium di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, sudah tak bisa digenjot lagi produksinya. (REUTERS/Ilya Naymushin).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sedang mempersiapkan fasilitas produksi aluminium baru di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Jika tidak ada aral melintang, pabrik aluminium tersebut akan rampung pada 2025 mendatang.

Sekretaris Perusahaan Inalum Ricky Gunawan mengungkapkan, Kalimantan Utara dipilih karena masih terdapat sumber energi listrik di provinsi tersebut. Ia menyebut, potensi ketenagalistrikan di Kalimantan Utara mencapai 9 ribu Megawatt (MW) yang utamanya berasal dari tenaga air.

Di samping itu, fasilitas baru dibutuhkan karena pabrik perusahaan di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, tidak bisa diekspansi lebih jauh lagi. "Di Kuala Tanjung sudah tak bisa ditambah lagi (produksinya) karena keterbatasan sumber energi. Kami memutuskan untuk mengalihkan produksi ke Kalimantan Utara, karena energinya masih melimpah," ujar Ricky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut ia menuturkan, pabrik ini rencananya memiliki kapasitas sebesar 500 ribu ton per tahun dengan bahan baku bauksit yang berasal dari PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Perusahaan juga berencana memperluas kapasitas produksinya setelah tahun 2025, mengingat sumber energinya sangat melimpah.

Tenaga listrik sebesar 800 MW bisa menopang produksi aluminium sebesar 500 ribu ton per tahun. Dengan potensi listrik Kalimantan Utara sebesar 9 ribu MW, maka potensi produksi pabrik di wilayah tersebut bisa mencapai 5,62 juta ton per tahun.

Kendati demikian, perluasan kapasitas itu akan sangat bergantung pada kemampuan pasokan bauksit. "Tentu saja, hal itu harus disinkronisasikan dengan kemampuan bahan baku," jelasnya.

Ricky melanjutkan, perusahaan tentu akan mencari mitra untuk menggarap proyek tersebut. Pasalnya, proyek ini ditaksir bernilai US$4 miliar atau sekitar Rp52 triliun. Apalagi, perusahaan tidak hanya membangun pabrik aluminium, namun juga perlu membangun pembangkit listriknya.

Untuk itu, perusahaan kini tengah melakukan studi kelayakan (feasibility study) yang diperkirakan rampung di semester II mendatang. Jika FS rampung, maka Inalum siap mencari mitra untuk merealisasikan proyek itu.

"Setelah FS rampung, maka mitra Inalum sudah dapat dicari. Kami pun saat ini sudah melakukan penjadwalan untuk preliminary Front End Engineering Design (Pre FEED). Bahkan, awal Juni kami sudah lakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan pemerintah Kalimantan Utara untuk proyek ini," pungkas Ricky.

Sekadar informasi, Inalum menargetkan produksi sebesar 500 ribu ton pada 2020 nanti dan akan meningkat menjadi 1 juta ton pada 2025 demi memenuhi konsumsi aluminium yang diperkirakan 1,3 juta ton per tahun.

Adapun, hingga akhir tahun lalu, produksi Inalum mencapai 245 ribu ton per tahun dan menargetkan produksi 241 ribu ton hingga akhir tahun ini.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER