Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, mal dan pusat perbelanjaan memang ramai dikunjungi jelang dan saat Ramadan. Akan tetapi, pertumbuhan penjualan para pedagang dan ritel tak menyamai capaian tahun lalu.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Sanitise mengatakan, kebanyakan pengunjung cenderung menahan diri dan tak berbelanja.
"Kalau Juni tahun ini dibandingkan beberapa bulan sebelumnya di 2017, tentu ada pertumbuhan. Tapi kalau dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu, pertumbuhannya datar," ucap Handaka kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (28/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Handaka menyatakan, stagnannya pertumbuhan penjualan ini terasa pada semua segementasi, baik di pusat perbelanjaan kelas menengah, atas, dan bawah.
Hal ini lantaran adanya penurunan daya beli masyarakat sementara dari sisi industri terjadi peningkatan harga.
Ia berpendapat, penurunan daya beli ini bukan semata soal pendapatan yang minim. Sebab, setiap tahunnya pekerja pasti mengalami kenaikan gaji sesuai dengan rumus pertumbuhan ekonomi ditambah inflasi sesuai dengan ketentuan dari pemerintah pusat.
Hanya saja, menurutnya, daya beli masyarakat tak bisa mengimbangi peningkatan harga dari industri, yang terjadi karena adanya beban peningkatan harga bahan baku dan juga kenaikan gaji pegawai.
Hal ini yang membuat pertumbuhan penjualan di pusat perbelanjaan masih belum bergerak.
 Foto: CNN Indonesia/Safir Makki Ada histeria belanja lebaran tahun ini, tapi pertumbuhannya stagnan jika dibandingkan dengan tahun lalu. |
Bahkan, menurutnya, tak hanya berimbas pada penjualan di pusat perbelanjaan, secara keseluruhan, memang penjualan industri ritel lesu sejak awal tahun ini.
"Dari yang saya dengar memang banyak yang mengeluhkan sepinya pasar, kemarin juga ada 7-Eleven kan yang sampai tutup. Itu memang pertanda berat sekali pertumbuhan ritel tahun ini," kata Handaka.
Padahal, di satu sisi, sambungnya, sejumlah pelaku ritel telah menyiasati dengan berbagai cara, mulai dari melakukan promosi yang lebih kencang hingga efisiensi tenaga kerja. Sementara dari sisi pusat perbelanjaan, juga telah berupaya dengan tidak mengerek harga sewa toko dan jasa layanan mal agar tidak membebani peritel.
Bersamaan dengan stagnannya pertumbuhan penjualan ini, Handaka berharap agar pemerintah bisa mengambil langkah yang mampu menstimulus daya beli masyarakat dan penjualan industri ritel, termasuk yang ada di pusat perbelanjaan.
"Yang pasti, aturannya mungkin boleh dilonggarkan, misalnya minimarket boleh jual bir. Itu kan soalnya gaya hidup. Lalu, stabilkan iklim politik di dalam negeri karena itu juga mempengaruhi masyarakat," ujarnya.