Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perbankan menilai kenaikan inflasi Juni 2017 tidak akan memicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau
BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) pada bulan ini. Sejak awal tahun ini, BI menahan suku bunga acuannya pada level 4,75 persen.
Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni sebesar 0,69 persen
(month on month), atau lebih tinggi dibanding Juni 2016 sebesar 0,66 persen. Angka inflasi tersebut berada diatas perkiraan BI dan pemerintah yang berada dikisaran 0,5 persen.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, BI sebaiknya menahan BI-7DRRR sembari menanti perkembangan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan masih akan naik di akhir tahun ini dan memantau kondisi likuiditas perbankan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya sih stabil dulu saja. Rate (BI-7DRRR) ini sudah cukup bagus," tutur Jahja saat ditemui di Gedung Radius Prawiro BI, Senin (3/7).
Menurut Jahja, jika inflasi hingga September bisa dijaga di bawah empat persen, BI bahkan bisa sedikit menurunkan suku bunga acuannya.
"Nanti kami lihat di bulan September. Kalau bisa rendah banget, bisa di bawah empat persen, ya mungkin bisa turun dikit
(BI-7DRRR)," ujarnya.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk Maryono juga meyakini BI masih akan menahan suku bunga acuannya bulan ini meskipun inflasi bulan lalu naik.
"Bulan lalu saja waktu The Fed menaikkan suku bunganya, BI tetap menstabilkan BI-7DRRR, apalagi dengan inflasi yang sifatnya sementara atau
conditional yang disebabkan oleh hari lebaran dan ramadan," tutur Maryono.
Jika BI memutuskan untuk mengerek bunga acuannya, Maryono yakin keputusan BI bukan dipengaruhi oleh laju inflasi. Stabilnya BI-7DRRR saat ini pun menurut dia, menyebabkan suku bunga kredit perseroan relatif tetap sejak awal tahun.
"Suku bunga kami belum turun karena kami mengantisipasi kondisi ke depan, khususnya pengaruh dari pasar global seperti kenaikan suku bunga Fed maupun kejadian-kejadian di Timur Tengah," jelasnya.
Adapun per akhir semester I, pertumbuhan kredit BTN tercatat berada pada kisaran 18 persen hingga 19 persen atau relatif sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya 18,39 persen (
year on year/yoy).