Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pemerintah terus berusaha menggenjot pertumbuhan investasi sebagai jurus ampuh untuk merangsang daya beli masyarakat pada semester II 2017, yang terasa melemah sejak awal tahun ini.
Menurutnya, investasi jadi andalan lantaran dapat meningkatkan produktivitas dan kepercayaan diri masyarakat untuk melakukan pengeluaran. Disamping itu, investasi juga lekat dengan penciptaan kesempatan kerja, sehingga membuat masyarakat punya peluang menambah penghasilan untuk konsumsi.
"Kami tetap fokus untuk investasi di bidang infrastruktur dan pembangunan manusia, karena keduanya faktor yang paling dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas," ucap Sri Mulyani di kantornnya, Senin (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ia menjelaskan, juga akan terus berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution agar berbagai reformasi kebijakan yang telah dan akan dilahirkan, mampu memperbaiki minat investasi dari investor asing maupun domestik.
Sri Mulyani pun berharap, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mampu memberikan stimulus kepada masyarakat, melalui alokasi bantuan sosial. Dia pun mencontohkan Program Keluarga Harapan (PKH) bagi 10 juta keluarga di Tanah Air.
"Dengan belanja sosial (pemerintah), sehingga daya beli, terutama mereka yang 25 persen atau bahkan 40 persen terbawah tetap terjaga (daya belinya). Jadi, menaikkan daya beli adalah dengan kepercayaan diri," terangnya.
Sementara, melemahnya daya beli, menurut Sri Mulyani merupakan imbas pemulihan ekonomi yang berlangsung tiga tahun terakhir. Hal ini terutama dipengaruhi kinerja harga komoditas di pasar global, terutama pada sektor pertambangan yang turut mempengaruhi kinerja sektor lainnya.
"Saya menganggap ini masih menjadi imbas dari pelemahan ekonomi yang terjadi selama 2014, 2015, dan 2016 karena faktor komoditas dan ekspor, sehingga imbasnya masih terasa sampai sekarang," imbuh mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Namun, ia optimis, masa perbaikan ekonomi telah bergulir dan Indonesia mampu tumbuh dengan lebih baik di tahun ini hingga tahun-tahun berikutnya.
Adapun sebelumnya, dunia ritel kerap mengeluhkan lemahnya daya beli masyarakat yang kemudian memberi imbas pada pelemahan pertumbuhan ritel sejak awal tahun ini. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), industri ritel mengaku hanya mampu tumbuh dikisaran 3,8 persen pada semester I ini dan tumbuh dikisaran 5 persen hingga 6 persen sepanjang tahun ini.