Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meminta penjelasan dari manajemen PT Modern Internasional Tbk (MDRN) selaku induk usaha pemegang waralaba gerai 7-Eleven yang baru-baru ini gulung tikar.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio meminta manajemen Modern Internasional memberikan penjelasan terkait kelanjutan bisnis perusahaan. Hanya saja, perusahaan tidak wajib melakukan paparan publik (
public expose).
"Mereka akan datang laporan ke kami, hari ini atau besok mungkin sudah ada datanya," terang Tito Selasa (4/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tito tak menampik hampir sebagian besar pendapatan Moden Internasional berasal dari penjualan 7-Eleven. Namun, perusahaan itu tetap memiliki lini bisnis lain, seperti produk industrial. Hal itu membuat perusahaan masih mampu melantai di bursa saham.
"Mereka tidak delisting, karena kan ada pendapatan yang lain," ucap Tito.
Bila melihat laporan keuangan perusahaan kuartal I 2017, perusahaan memiliki tiga sumber pendapatan, yakni gerai 7-Eleven, produk industrial, dan lain-lain. Hanya saja, produk 7-eleven memang menjadi kontributor paling tinggi dibandingkan yang lainnya.
Sepanjang kuartal I tersebut, produk 7-Eleven menyumbang pendapatan sebesar Rp91,04 miliar dari total pendapatan neto sebesar Rp138,62 miliar. Sementara, sisanya atau sebesar Rp47,57 miliar dari produk industrial.
Sayang, produk lain-lain tercatat Rp0 pada periode ini. Namun, pada periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan lain-lain masih menyumbang sedikitnya Rp23,09 miliar.
Sementara itu, harga saham perusahaan pun ikut berpengaruh atas kondisi yang terjadi. Terpantau, sejak 19 Juni 2017 hingga penutupan hari ini, saham MDRN tetap di level terbawah Rp50 per saham.
Sebelumnya, 7-Eleven dikabarkan akan diambil alih oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), hanya saja rencana akuisisi resmi dibatalkan oleh Charoen Pokphand karena kesepakatan antara keduanya tidak berujung denga baik.
Selanjutnya, 7-Eleven Inc secara resmi menghentikan kerja sama dengan Modern Sevel setelah melakukan negosiasi selama 23 bulan. Pihak 7-Eleven Inc menyebut, negosiasi dilakukan terkait pengembalikan operasional dan pemenuhan kepatuhan finansial sesuai perjanjian waralaba (master franchise agreement).
Meski begitu, perusahaan ritel global itu memiliki harapan untuk kembali beroperasi di Indonesia. Artinya, bukan tidak mungkin 7-Eleven Inc akan mencari mitra baru.
"Kami terus percaya pada pasar Indonesia dan berharap bisa kembali memasuki pasar di masa yang akan datang," jelas 7-Eleven kepada
CNNIndonesia.com, belum lama ini.