Jakarta, CNN Indonesia -- PT Jasa Marga Tbk (JSMR) membidik dana sebesar Rp2 triliun melalui sekuritisasi aset dengan skema Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA).
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal menjelaskan, tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) akan menjadi aset yang disekuritisasi oleh perusahaan. Adapun target dana tersebut menurut dia. disesuaikan dengan kebutuhan.
"Yang pertama Rp2 triliun dulu, sesuai dengan kebutuhan," kata Donny, Selasa (4/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, pihaknya tengah memproses rencana penerbitan dari KIK-EBA pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Manajemen sendiri menargetkan dapat mengantongi izin efektif dari OJK paling lambat diberikan bulan ini.
Sementara itu, perusahaan sudah melakukan sosialisasi kepada investor sebelum Lebaran kemarin. Donny pun mengklaim, pihaknya mendapatkan respon positif dari investor. Dengan demikian, KIK-EBA yang diterbitkan nantinya akan diserap oleh investor.
"Kami lagi tunggu surat konfirmasi dari pajak mengenai pajak yang akan dibebankan. Kalau sudah
clear, kami siap rilis," sambung Donny.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sekuritisasi aset ini memiliki jangka waktu lima tahun. Adapun dalam rentang waktu tersebut, pendapatan tol Jagorawi ditaksir mencapai Rp4 triliun.
Donny menambahkan, pendapatan dari tol Jagorawi tidak pernah turun bila dilihat secara historis. Bahkan, dari volume kendaraan ada kenaikan sebesar dua hingga tiga persen. Kendati demikian, sekuritisasi aset dinilai tidak merugikan perseroan.
"Prosesnya kami bukukan sebagai pendapatan di muka, yang kami amortisasi selama masa sekuritisasi. Jadi pendapatan kami ke depan tidak berkurang," tutur Donny.
Donny menjelaskan, pihaknya membutuhkan dana sebesar Rp18 triliun pada tahun ini. Dana tersebut menurut dia, akan disalurkan pada anak usaha untuk keperluan ekspansi sebesar Rp11 triliun, dan sisanya digunakan Jasa Marga sendiri. Untuk itu, perusahaan akan kembali melakukan aksi korporasi setelah sekuritisasi aset ini dilakukan.
"Kombinasi, Rp7 triliun totalnya. Nah, Rp2 triliun dari sekuritisasi, nanti Rp5 triliun dari bank, obligasi konvensional, dan sukuk. Kami sudah ada dari bank domestik dan regional, kapan saja bisa kami tarik, papar Donny.
Selain itu, perusahaan juga berminat untuk menerbitkan
bond project dengan nilai Rp1,5 triliun. Donny menyebut, pihaknya telah melakukan pembicaraan ini dengan OJK. Namun, penerbitan ini di luar dari pemenuhan kebutuhan biaya Rp7 triliun tersebut.
Adapun, aturan terkait penerbitan
project bond masih terus digodok oleh OJK. Sehingga, perusahaan meminta untuk menggunakan aturan penerbitan obligasi biasa. Menurutnya, aturan keduanya hampir sama saja, tetapi ada sedikit keringanan dalam penerbitan project bond.
"Penerbitan
project bond ini bagian dari anak usaha, akan kami daur ulang dari pembiayaan bank jadi pembiayaan jangka panjang dari
capital market," tutup Donny.