Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, Indonesia akan menjadi penghasil listrik dari tenaga panas bumi terbesar di dunia tahun 2021 mendatang.
Prediksinya, di tahun tersebut, kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Indonesia akan mengalahkan produsen tenaga listrik panas bumi terbesar dunia, Amerika Serikat.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yunus Saefulhak mengatakan, hal itu bisa terjadi karena pertumbuhan pembangkit panas bumi yang beroperasi (Commercial Operating Date/COD) di Indonesia semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun hingga 2021 mendatang, kapasitas terpasang PLTP di Indonesia mencapai 3.559,5 Megawatt (MW) atau meningkat signifikan 116,58 persen dibanding posisi akhir tahun lalu 1.643,5 MW
Selain karena pertumbuhan yang pesat, kapasitas PLTP di Amerika Serikat juga stagnan yaitu 3.450 MW. Di sisi lain, kapasitas produsen listrik dari Filipina, yang merupakan negara produsen terbesar ke-dua listrik panas bumi di dunia, diperkirakan mengalami penurunan dari angka saat ini 1.870 MW.
"Di tahun 2021 mendatang, kapasitas terpasang tenaga panas bumi Indonesia bisa menyalip AS. Di tahun 2018 saja, rencananya Indonesia sudah bisa mendahului Filipina," ujar Yunus di Kementerian ESDM, Jumat (7/7).
Ia melanjutkan, pertumbuhan kapasitas pembangkit tertinggi akan terdapat di tahun 2020, di mana akan ada pembangkit sebesar 866 MW mulai terpasang.
Menurutnya, pembangkit yang beroperasi di tahun itu berasal dari kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) yang dilaksanakan di tahun 2010 silam, seperti PLTP Muara Laboh milik Supreme Energy dan PLTP Sokoria di Nusa Tenggara Timur.
"Memang pengembangan panas bumi ini cukup lama, dibutuhkan tujuh hingga 10 tahun sejak masa PPA agar pembangkit ini bisa memasuki masa COD," imbuhnya.
Pengembangan PLTP di Indonesia ia anggap cukup agresif dalam beberapa tahun ke depan, sehingga ia optimistis seluruh proyek-proyek ini bisa berjalan tepat waktu.
Di tahun ini saja, ia menyebut akan ada tambahan kapasitas listrik sebanyak 215 MW dengan kapasitas 110 MW dari PLTP Sarulla, 30 MW dari PLTP Karaha, 20 MW dari PLTP Sorik Marapi, dan 55 MW dari PLTP Ulubelu Unit 4.
Dengan tambahan pembangkit ini, ia yakin kapasitas PLTP di Indonesia bisa mencapai 1.858 MW hingga akhir tahun mendatang.
"Memang banyak percepatan, seperti PLTP Sorik Marapi yang seharusnya dibangun 2019 kini kami tarik ke tahun ini. Namun memang, jumlah kapasitasnya baru 30 MW saja dari rencana 240 MW," pungkas Yunus.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, proporsi penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi sebesar 40,82 persen dari pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 7.422 Megawatt (MW) di tahun 2025.
Sementara menurut data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang PLTP hingga akhir tahun ini bisa mencapai 1.908,5 MW. Angka ini meningkat 26,09 persen dari posisi tahun lalu sebesar 1.513,5 MW.
Dengan melihat potensi panas bumi sebesar 29.544 MW, maka pemanfaatan panas bumi hinga akhir tahun 2016 baru mencapai 5,61 persen. Adapun, di tahun 2025 mendatang, Kementerian ESDM berharap PLTP yang beroperasi bisa mencapai 7.241 MW.
(gir)