Semester II, Korporasi Diramal Marak Terbitkan Surat Utang

CNN Indonesia
Senin, 24 Jul 2017 16:13 WIB
Maraknya penerbitan surat utang (obligasi) korporasi antara lain dipicu obligasi jatuh tempo yang diperkirakan mencapai Rp87,2 triliun hingga akhir tahun.
Pada semester pertama tahun ini, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp57,3 triliun. (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan surat utang (obligasi) korporasi pada semester II akan lebih ramai dibandingkan semester I. Ramainya penerbitan obligasi tersebut antara lain didorong oleh jumlah obligasi jatuh tempo yang mencapai Rp87,2 triliun hingga akhir tahun ini.

Pada semester pertama tahun ini, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp57,3 triliun. Penerbitan obligasi tersebut diramal mencapai Rp119,6 triliun hingga akhir tahun ini. Hingga saat ini, obligasi korporasi yang beredar di Indonesia mencapai Rp334,8 triliun.

Presiden Direktur Pefindo Salyadi Saputra menjelaskan, jumlah obligasi jatuh tempo tahun ini naik 70,66 persen dibandingkan tahun lalu. Kebanyakan obligasi yang jatuh tempo tersebut merupakan surat utang dengan tenor lima tahun yang berbondong-bondong terbit tahun 2012 silam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau banyak obligasi jatuh tempo, maka investor akan mencari demand (permintaan) yang lain," ujar Salyadi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (24/7).

Salyadi menjelaskan, emiten akan merespons kondisi tersebut dengan menerbitkan banyak obligasi di semester ini. Hingga saat ini, Pefindo mencatat masih memiliki mandat dari 25 perusahaan untuk menerbitkan obligasi dengan rencana emisi Rp37,75 triliun.
Selain itu, penerbitan obligasi korporasi pada paruh kedua ini juga akan didorong imbal hasil obligasi korporasi (yield) yang cukup atraktif. Hal ini seiring laindainya suku bunga perbankan dan inflasi sehingga mampu menopang yield obligais bertenor panjang.

Adapun menurut data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), saat ini spread antara yield obligasi korporasi dengan obligasi pemerintah dengan peringkat AAA mencapai 163,5 basis poin hingga 170,4 basis poin. Angka ini diambil dari obligasi yang memiiki masa tenor antara 5 hingga 10 tahun.

"Spread antara SUN dan dan obligasi korporasi ini juga cukup jauh, sehingga membuat obligasi koproasi lebih menarik. Kalau dilihat di obligasi dengan rating AAA, memang cukup tinggi karean risikonya juga lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah," terang dia.

Tak hanya itu, daya serap obligasi juga didorong oleh diversifikasi sektor. Kendati sektor finansial masih mendominasi obligasi korporasi dengan porsi 70,6 persen, kini banyak perusahaan yang bergerak di sektor lain yang ikut menerbitkan obligasi dengan produk yang berbeda.
Ia mencontohkan, PT PLN (Persero) tengah berupaya untuk melakukan sekuritisasi aset dengan skema Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp10 triliun. Selain itu, ada pula sekuritisasi jalan tol yang segera dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

"Kalau ini bisa terealisasi, minat investor diharapkan bisa lebih tinggi. Lagipula, saat ini peran institusi finansial di dalam obligasi korporasi masih banyak yaitu 70 persen. Di negara lain, malah real sector bisa menyumbang 76 persen bagi obligasi korporasi," pungkas Salyadi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER