Jakarta, CNN Indonesia -- PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) membantah tuduhan praktik monopoli dan oligopoli oleh satuan tugas (satgas) pangan. Perusahaan menyatakan, pangsa pasar anak usahanya PT Indo Beras Unggul (IBU) masih di bawah 1 persen.
Seperti diketahui, satgas pangan melakukan inspeksi terhadap gudang beras PT IBU di Bekasi dan memberi
police line atas stok beras sebanyak 1.161 ton.
Direktur Independen Tiga Pilar Jo Tjong Seng mengemukakan, konsumsi beras nasional rata-rata sekitar 2 juta-3 juta ton per bulan. Dengan begitu, perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk menguasai harga beras di pasar.
"Pangsa pasar beras ini adalah di bawah 1 persen. Jadi menurut kami ini masih jauh dari kemungkinan ke arah monopoli atau oligopoli," terang Jo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perusahaan juga mengklaim hanya memiliki kapasitas pengeringan tidak lebih dari 8 persen dari lingkungan pangan perusahaan. Sehingga, PT IBU menegaskan, tidak ada penggilingan yang tidak mendapatkan gabah karena seluruhnya dibeli oleh PT IBU.
"Kami hanya menyerap sebagian kecil dari potensi panen yang ada, tidak mungkin yang namanya penggilingan tidak kebagian," jelas Jo.
Sementara itu, Jo menyatakan, keberlangsungan perusahaan masih berjalan seperti biasa meski terjadi penyegelan terhadap sejumlah beras yang berada di salah satu pabrik beras perusahaan di Bekasi.
Adapun, Direktur Keuangan Tiga Pilar Sjambiri Lioe mengatakan, pihaknya optimistis pemegang saham tidak panik dengan adanya kasus ini dan menyebabkan harga saham turun cukup dalam pada Jumat (21/7) hingga ke level Rp1.205 per saham.
"Pemegang saham asing dan institusi itu 47 persen, tentu mereka bisa berpikir ini ada jalan keluarnya, dan tidak jadi panik," paparnya.
Namun, harga saham perusahaan pada pukul 13.30 WIB terpantau menguat kembali sebesar 6,77 persen ke level Rp1.340 per saham.