Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Danamon Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih pada semester pertama tahun ini sebesar Rp2 triliun, naik 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu
(year on year/yoy)."Tentunya (pertumbuhan laba) ini didorong oleh pendapatan operasional, pendapatan bisnis dan didukung juga keseimbangan pengelolaan operasional," Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim dalam konferensi pers di Menara Damanon, Selasa (24/7).
Pada semester pertama tahun ini, pendapatan perseroan memang turun tipis dari Rp8,79 triliun menjadi Rp8,78 triliun. Namun, pendapatan bunga bersih tercatat tumbuh empat persen
(yoy) secara tahunan menjadi Rp7,07 triliun. Biaya kredit (pencadangan) juga bisa ditekan sebesar minus 23 persen menjadi Rp1,69 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perseroan juga membukukan pertumbuhan
fee based income sebesar 6 persen menjadi Rp566 miliar pada paruh awal tahun ini. Pertumbuhan
fee income itu mayoritas disumbang oleh kontribusi
fee income anak usaha, yakni dari
net underwriting profit Adira Insurance yang tumbuh 9 persen
(yoy) menjadi Rp252 miliar dan bisnis
bancassurance yang tumbuh 12 persen
(yoy) menjadi Rp160 miliar.
Dari sisi kredit, perkembangannya relatif stagnan. Penyaluran kredit dan
trade finance pada semester pertama tahun ini tumbuh 0,4 persen
(yoy) menjadi Rp128,34 triliun. Hal itu tak lepas dari menurunnya permintaan kredit segmen mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) yang melorot 32 persen
(yoy) menjadi Rp8,5 triliun.
Perseroan pun memperkirakan penyaluran kredit mikro hingga akhir tahun ini turun 37 hingga 40 persen dibanding tahun lalu. Langkah ini sejalan dengan upaya perseroan mengendalikan kredit bermasalah. Per akhir semester I 2017, rasio kredit bermasalah
(NPL) dari segmen mikro masih capai 10 persen.
"Jika kredit mikro dikeluarkan, penyaluran kredit kami masih tumbuh 4 persen," terang Vera.
Jika dirinci, portofolio kredit Danamon terus bergeser menuju segmen non-mass market. Kredit pada segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tumbuh 9 persen
(yoy) menjadi Rp26,7 triliun. Kemudian, portofolio entreprise yang terdiri dari perbankan korporasi, komersial dan institusi keuangan tumbuh 6 persen
(yoy) menjadi Rp37,1 triliun. Kredit perumahan
(mortgage) juga tumbuh 25 persen (yoy) menjadi Rp4, 9 triliun.
Di tengah lemahnya industri otomotif, pembiayaan baru anak usaha Danamon, Adira Finance, masih tumbuh 5 persen
(yoy) menjadi Rp15,7 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh segmen kendaraan roda dua dan empat. Secara keseluruhan, pembiayaan Adira Finance pada akhir semester I 2017 mencapai Rp44,6 persen.
Dari sisi kualitas kredit, menurut Veram perseroan terus meningkatkan kualitasnya melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko secara hati-hati serta proses penagihan dan pemulihan kredit yang disiplin. Misalnya, lebih selektif dalam menyalurkan kredit ke debitur sebagai upaya preventif.
Secara nominal, total kredit bermasalah
(non-performing loans/NPL) turun empat persen menjadi Rp3,8 triliun. Secara rasio, NPL gross perseroan juga ditekan dari 3,3 persen pada semester I 2016 menjadi 3,2 persen.
"Hingga akhir tahun kami berharap
NPL bisa tetap flat dari kondisinya sekarang," jelas Vera.
Dari sisi likuditas, menurut Vera, pihaknya berhasil menaikkan rasio dana murah dalam bentuk giro dan tabungan (
Current Account and Saving Account/CASA) menjadi 44,3 persen dari 42,1 persen pada periode yang sama tahun lalu. Secara nominal, CASA naik empat persen menjadi Rp46,7 triliun. Sementara, deposito turun empat persen menjadi Rp58, 8 triliun melalui pelepasan dana mahal.
Lebih lanjut, jumlah aset perseroan tercatat naik 1 persen (
yoy) menjadi Rp176,14 triliun. Kemudian, rasio kecukupan modal
(Capital to Adequati Ratio/CAR) juga terjadi di level 21,5 persen secara konsolidasi dan 23,2 persen jika hanya memperhitungkan kinerja bank.
Vera optimistis, kinerja perseroan akan terus membaik hingga akhir tahun seiring menggeliatnya perekonomian. Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 5 hingga 7 persen.