Ekuitas Anjlok, Garuda Indonesia 'Nego' Ulang Sukuk Global

CNN Indonesia
Jumat, 28 Jul 2017 11:18 WIB
Hingga Juni 2017, jumlah ekuitas perusahaan anjlok menjadi US$717,69 juta dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016 sebesar US$1 miliar.
Hingga Juni 2017, jumlah ekuitas perusahaan anjlok menjadi US$717,69 juta dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016 sebesar US$1 miliar. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) meminta investor atau pembeli sukuk global menyetujui perubahan atas ketentuan dalam sukuk global yang telah diterbitkan perusahaan pada 2015 lalu senilai US$500 juta. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaan.

Direktur Utama Pahala Mansury menjelaskan, salah satu poin yang diajukan berupa penurunan jumlah total ekuitas perusahaan yang tidak boleh kurang dari US$800 juta, menjadi US$500 juta. Pasalnya, jumlah ekuitas perusahaan pada semester I 2017 berada di bawah level kesepakatan.

"Salah satunya yang ingin dilakukan berharap pemegang global sukuk ini akan terus menerima persyaratan sukuk global yang ada," ucap Pahala, Kamis (27/7).

Mengutip laporan keuangan perusahaan hingga Juni 2017, jumlah ekuitas perusahaan anjlok menjadi US$717,69 juta dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016 sebesar US$1 miliar. Menurut Pahala, penurunan tersebut karena perusahaan mengeluarkan dana untuk membayar tax amnesty.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tingkat ekuitas akan sementara turun dibawah US$800 juta, akhir tahun kami yakin ekuitas US$800 juta," katanya.

Nantinya, jelas Pahala, tambahan ekuitas tersebut akan disumbang oleh aksi korporasi anak usaha PT PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia berupa penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) yang akan dilakukan pada September ini. Pihaknya optimistis IPO yang dilakukan dapat diserap pasar.

"Pasar tampak antusias, kami yakin bisa mengumpulkan dana diatas US$150 juta. Level ekuitas akan naik," tegas Pahala.

Sementara, poin lainnya yang diubah, yakni debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas. Semula, posisi DER perusahaan tidak dibolehkan lebih dari 2,5 kali. Namun, kini perusahaan mengajukan untuk mengubah kesepakatan menjadi 3 kali karena posisi DER telah mencapai 2,58 kali.

Lebih lanjut Pahala mengatakan, kinerja perusahaan diproyeksi membaik pada semester II 2017. Tak main-main, manajemen meramalkan Garuda Indonesia akan mendapatkan keuntungan US$12 juta tiap bulannya.

"Kuartal sebelumnya rugi US$12 juta per bulan, enam bulan kemudian optimistis bukukan per bulan US$12 juta," ujar dia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER