Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga beras dan gabah sepanjang bulan Juli, bergerak turun dibandingkan bulan Juni 2017
(month to month/mtm).Berdasarkan data BPS, harga beras di tingkat grosir turun hingga 0,15 persen jika dibandingkan dengan bulan Juni 2017, sedangkan harga beras eceran turun hingga 0,27 persen.
Penurunan drastis terjadi pada harga rata-rata gabah petani (Gabah Kering Panen/GKP) turun nyaris satu persen pada Juli jika dibandingkan bulan sebelumnya. Disusul oleh penurunan harga rata-rata beras di penggilingan (kualitas medium), yang tercatat mencapai 0,58 persen. Sebagai informasi, GKP memiliki kualitas air kering hingga 14-25 persen, sementara kadar hampanya 3-10 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perhitungan harga gabah yang dilakukan BPS ini dilakukan pada 24 provinsi. dimana di 9 provinsi mencatatkan penurunan, 11 provinsi mengalami kenaikan dan 4 provinsi harganya tetap.
"Jadi secara rata-rata GKP mengalami penurunan baik di tingkat petani maupun penggilingan, demikian juga dengan gabah kering giling penurunannya justru lebih tajam," ujar Kepala BPS Suhariyanto Selasa (1/8).
Ia mengatakan, pergerakan harga rata-rata yang turun tersebut merupakan dampak positif dari upaya pemerintah dalam mengontrol harga pangan menjelang atau selepas hari raya Idul Fitri.
"Harus diakui bahwa stabilisasi harga beras pada tahun ini sangat bagus, terjaga, karena banyak sekali kebijakan yang dilakukan pemerintah," ujarnya.
Ia menyarankan pemerintah untuk terus menjaga kestabilan harga beras. Pasalnya, harga beras berpengaruh besar terhadap inflasi dan tingkat kemiskinan karena bobotnya yang sangat besar. Dalam perhitungan statistik BPS, beras memiliki bobot hingga 0,82 persen dalam perhitungan inflasi.
"Kami harapkan ini (harga beras) bisa terjaga hingga akhir tahun," ungkapnya.