Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mensinyalir perbaikan peringkat layak investasi Indonesia oleh sejumlah lembaga pemeringkat internasional sukses berkontribusi mengerek pertumbuhan investasi. Tercatat, Standard & Poor's, Fitch Ratings dan Moody's mendapuk perbaikan peringkat Indonesia.
Berdasarkan catatan BPS, sumbangan indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atawa investasi terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II meningkat mencapai 1,69 persen. Pada kuartal sebelumnya, kontribusi investasi cuma 1,53 persen. Padahal, pertumbuhan ekonomi kuartal I dan kuartal II masing-masing sebesar 5,01 persen.
Secara tahunan (year on year/yoy), pertumbuhan investasi mencapai 5,35 persen pada periode April-Juni 2017 atau membaik dibandingkan Januari-Maret 2017, yakni 4,78 persen. Bahkan, terpaut jauh dibandingkan April-Juni 2016 yang hanya sebesar 4,18 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara kuartal (quarter to quater/qtq), pertumbuhan investasi kuartal II 2017 positif sebesar 2,95 persen dibandingkan kuartal I 2017 yang masih negatif atau minus 5,45 persen dan kuartal I 2016 yang sebesar 2,39 persen.
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk mengatakan, meningkatnya kontribusi pertumbuhan dari investasi sedikit banyak merupakan hasil dari perbaikan kelayakan investasi Indonesia yang diberikan oleh lembaga pemeringkat internasional, Standard and Poor's (S&P), yang turut melengkapi dua rating layak investasi dari Fitch dan Moody's.
"Itu pasti ada pengaruh karena pemberian rating itu tidak gampang dan melalui proses yang panjang. Perbaikan rating memberikan informasi kepada seluruh dunia bahwa ada perbaikan iklim investasi," ucap Ketjuk di kantornya, Senin (7/8).
Sejalan dengan catatan investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menyebutkan, nilai investasi pada kuartal II 2017 sebesar Rp170,7 triliun atau tumbuh 12,7 persen dibanding kuartal II 2016. Sehingga secara kumulatif, investasi semester I 2017 mencapai Rp336,7 triliun atau 49,6 persen dari target Rp678,8 triliun.
Selain itu, sambung Ketjuk, meningkatnya pertumbuhan investasi juga didorong dari alokasi belanja modal pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang sekitar 10 persen ditujukan untuk investasi yang mengalir ke proyek-proyek infrastruktur.
"Belanja modal pemerintah terhadap investasi sekitar 10 persen, itu positifnya besar ke swasta. Ini hampir sama dengan kuartal I 2017," terang Ketjuk.
Kendati demikian, untuk angka pastinya, ia melanjutkan, BPS masih perlu membedah secara khusus berapa sumbangan perbaikan peringkat tersebut hingga mampu meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia.
Namun, ia berharap, pertumbuhan investasi dan peningkatan kontribusi investasi pada pertumbuhan ekonomi terus berlanjut ke semester II 2017.
Adapun, sampai akhir tahun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen atau meningkat tipis dari target sebelumnya sebesar 5,1 persen dalam APBN 2017.