Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyebut proyeksi perlambatan ekonomi pada kuartal II 2017 tidak akan berdampak besar pada persepsi investor di pasar keuangan.
"Kami masih cukup yakin, fundamental masih bagus," ujarr Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo, Kamis (3/8).
Sekadar informasi, BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi sepanjang April-Juni 2017 berada di kisaran 5,01 hingga 5,1 persen secara tahunan. Proyeksi itu lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, yaitu 5,18 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka lima persen untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia itu di regional termasuk tinggi. Di regional, rata-rata pertumbuhan ekonomi di bawah itu," katanya.
Selain itu, lanjut Dody, pasar masih meyakini prospek berakhirnya konsolidasi korporasi pada paruh kedua tahun ini. Artinya, perekonomian Indonesia akan melaju lebih kencang pada semester II.
Kendati demikian, Indonesia masih harus menghadapi risiko global yang salah satunya bersumber dari kebijakan Amerika Serikat (AS), baik dari sisi moneter maupun fiskal.
"Di akhir tahun, kami masih memperkirakan (pertumbuhan ekonomi) di sekitar 5,2 persen. Bahkan, tahun depan, kami perkirakan di 5,1 persen sampai 5,6 persen," jelasnya.
Menurut Dody, sepanjang April-Juni 2017, pemulihan daya beli masih di bawah ekspektasi. Hal itu terkonfirmasi dari turunnya angka penjualan ritel dan kendaraan bermotor.
Karenanya, Dody memperkirakan, mesin pendorong ekonomi pada kuartal II, yaitu investasi dengan kisaran pertumbuhan di atas lima persen.
"Saya cukup
confident (percaya diri), investasi dari
private (swasta) sudah mulai terjadi, terutama pada kegiatan non-bangunan. Kemudian, dari sisi
government (pemerintahan),
government yang mulai
spending (belanja) di kuartal II," imbuh dia.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 pada Senin, (7/8) mendatang.