Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengeluhkan minimnya masyarakat apresiasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen pada paruh pertama tahun ini, meski sedikit lebih rendah dari semester I 2016 yang mencapai 5,04 persen.
Padahal, sambung Darmin, dari luar negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih masuk jajaran negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di G20, setelah India yang mencapai tujuh persen dan China yang mencapai enam persen.
"Ironinya hanya satu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu diapresiasi. Selalu dianggap kurang padahal dari lingkungan global, selalu diapresiasi," ujar Darmin dalam Forum Pembangunan Indonesia (Indonesia Development Forum/IDF) di Hotel Westin, Rabu (9/8).
Selain itu, bila dibedah dari segi struktur penyumbang pertumbuhan ekonomi, indikator konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar ekonomi Tanah Air, yaitu sekitar 2,65 persen dari total pertumbuhan 5,01 persen pada kuartal II 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,95 persen pada April-Juni 2017, tumbuh tipis dari Januari-Maret 2017 sebesar 4,94 persen.
"Kalau dilihat dari sumber utama pertumbuhan ekonomi itu, dari kelompok pengeluaran tetap konsumsi rumah tangga walau tidak setinggi beberapa kuartal yang lalu," kata Darmin.
Baru kemudian disumbang oleh indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang tumbuh 5,35 persen, melebihi pertumbuhannya pada kuartal I 2017 lalu sebesar 4,76 persen.
"Ini artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berjalan," imbuh Darmin.
Sayangnya, dari sisi konsumsi pemeritah mengalami pelemahan di kuartal II lalu, di mana pertumbuhannya terkoreksi minus 1,93 persen. Kemudian, ekspor juga terkoreksi dengan pertumbuhan yang hanya sebesar 3,36 persen dan impor 0,55 persen. Namun, konsumsi Lembaga Non Profit Pendukung Rumah Tangga (LNPRT) masih tumbuh baik sebesar 8,49 persen.