Jakarta, CNN Indonesia -- Perdagangan saham PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) dihentikan sementara (disuspensi) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena kenaikan di atas kewajaran. Manajemen Mitra Komunikasi menyatakan hal itu terjadi kemungkinan karena kinerja keuangan perusahaan yang apik.
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Irvan Susandy mengatakan, sehubungan dengan peningkatan saham harga kumulatif yang signifikan pada saham Mitra Komunikasi, dalam rangka cooling down, pihaknya memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham tersebut pada 18 Agustus 2017.
"Penghentian sementara, perdagangan saham MKNT tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasi di saham MKNT," tulisnya dalam keterangan resmi, Jumat (18/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergerakan saham Mitra Komunikasi memang terpantau sangat agresif di lantai bursa. Dalam dua pekan, saham perusahaan penjual pulsa telepon genggam tersebut melonjak hingga 70,32 persen menjadi Rp1.320 per lembar pada Rabu lalu, dari Rp775 per lembar pada 4 Agustus 2017.
Mitra Komunikasi adalah salah satu distributor terbesar penjualan pulsa isi ulang Telkomsel dengan penjualan bersih mencapai Rp2,85 triliun dan laba Rp23,14 miliar per 30 Juni 2017. Perseroan melepas 200 juta lembar sahamnya ke publik sejak 26 Oktober 2015 dengan harga perdana Rp200 per lembar saham.
Pada perdagangan Rabu (16/8) saham Mitra ditutup di level Rp1.320 per lembarnya. Naik sebanyak 125 poin atau 10,26 persen dari hari sebelumnya.
Sepanjang perdagangan, saham MKNT berada pada rentang harga Rp1.210 sampai Rp1.425. Volume perdagangan tercatat sebesar 1,585 juta dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp1,32 triliun.
Bila dibandingkan dengan harga saham MKNT pada akhir Juli 2017 yang hanya Rp440,- per lembarnya maka harga penutupan tersebut merupakan level tertinggi.
Dengan catatan kenaikan mencapai 200 persen. Bahkan bila mengacu pada harga perdana saat IPO yaitu Rp200 per lembar, maka kenaikannya sudah mencapai 560 persen.
Sekretaris Perusahaan Mitra Komunikasi, Ornella Bartin, mengatakan massivenya pergerakan saham MKNT tak lepas dari kinerja Perseroan yang sangat positif selama semester I tahun ini.
Aksi korporasi dalam bentuk akuisisi 3 anak usaha yang bergerak dalam bidang penjualan pulsa, membuat kegiatan utama Perseroan sebagai salah satu distributor pulsa Telkomsel terbesar ini tumbuh sangat pesat.
Dampaknya terlihat pada laporan keuangan konsolidasian kuartal I dan II tahun ini yang meningkat tajam. Pada kuartal I 2017 pendapatan perseroan naik 438 persen menjadi Rp1,05 triliun dari sebelumnya Rp195,97 miliar, sedangkan perolehan laba tumbuh sebesar 203 persen menjadi Rp7,88 miliar dari sebelumnya Rp2,60 miliar.
Pertumbuhan positif juga terjadi pada kuartal 2017 yang memperlihatkan kenaikan pendapatan mencapai 452,94 persen menjadi sebesar Rp2,85 triliun dari sebelumnya Rp516,72 miliar. Begitu juga perolehan laba yang naik signifikan mencapai 393,39 persen menjadi Rp23,14 miliar dari sebelumnya yang hanya Rp4,69 miliar.
“Awal tahun ini kita kan sudah akuisisi 3 anak usaha sekaligus, jadi dari triwulan I sampai semester I kita sudah mulai konsolidasi. Jadi kinerja perseroan meningkat secara signifikan,” jelas Ornella.
Hal tersebut, lanjut Ornella, yang diduga menjadi sentimen positif bagi laju pergerakan saham perusahaan di pasar bursa. Sebab hingga saat ini belum ada lagi aksi korporasi atau aktivitas perusahaan lainnya yang berpotensi menjadi pemicu pergerakan saham.
“Mungkin karena fundamentalnya cukup kuat. Bisa dilihat pendapatan dan laba Perseroan di kuartal I dan kuartal II meningkat sangat signifikan. Saya rasa itu cukup memberikan pengaruh ya. Itu yang menggerakan saham MKNT,” katanya.
Selain itu, akuisisi
startup baru bernama Kioson juga tampaknya direspon sangat baik oleh pelaku pasar. Meskipun nilai investasi yang dikucurkan Perseroan pada perusahaan e- commerce baru itu masih terbilang kecil, hanya sebesar 4,94 persen.
“Walaupun masih kecil tetapi pasar sepertinya tahu ya, kalau ke depannya potensi di
e-commerce itu sangat besar. Karena tren ke depan semuanya akan beralih ke sistem digital. Dan kita sudah memulai itu dari sekarang,” tuturnya.