Memperjuangkan Kemerdekaan Finansial di Bursa Saham

CNN Indonesia
Kamis, 17 Agu 2017 14:23 WIB
Dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 270 juta orang, hanya 568.923 orang atau 0,02 persen saja yang menikmati investasi saham.
Dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 270 juta orang, hanya 568.923 orang atau 0,02 persen saja yang menikmati investasi saham. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Genap 72 tahun sudah Indonesia merdeka. Dahulu kemerdekaan melulu soal terbebas dari penjajahan teritorial. Kini setelah masuk dalam daftar negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemerdekaan finansial rakyat Indonesia menjadi salah satu tujuan.

Lo Kheng Hong. Namanya mungkin sudah tidak asing lagi di industri pasar modal. Pria yang dijuluki sebagai Warren Buffet dari Indonesia ini merupakan investor ritel yang sudah mengantongi keuntungan sekitar ratusan ribu persen dari saham.

Saham PT Gajah Surya Multi Finance Tbk menjadi yang pertama yang ia beli pada tahun 1989. Sayang, harga saham emiten itu turun ketika dicatatkan (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) bila dibandingkan dengan harga saat penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, awal mula yang tidak menyenangkan itu tidak lantas membuat Lo Kheng Hong berhenti dan ragu untuk lanjut berinvestasi saham. Padahal, ia kembali rugi ketika membeli saham untuk kedua kalinya. Saat itu saham IPO PT Astra Graphia Tbk yang membuatnya rugi.

Lo Kheng Hong terpaksa kembali menjual sahamnya seperti yang ia lakukan pada saat pertama kali membeli saham, tetapi lagi-lagi merugi.


"Kalau rugi kemudian kapok, malu dong sama Thomas Alfa Edison yang sudah gagal 9.955 kali untuk menyalakan lampu pijar dengan menggunakan listrik. Thomas tidak kapok dan akhirnya berhasil," cerita Lo Kheng Hong kepada CNNIndonesia.com, akhir pekan lalu.

Setelah berinvestasi selama tujuh tahun, Lo Kheng Hong akhirnya memutuskan untuk berhenti sebagai Kepala Cabang di Bank Ekonomi pada tahun 1996. Ia yakin saham bisa menjadi sumber penopang kehidupan. Bahkan, bisa membuat orang itu menjadi orang terkaya di dunia.

"Ini sudah dibuktikan oleh Warren Buffet," imbuhnya.

[17] Memperjuangkan Kemerdekaan Finansial di Bursa Saham(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kini, Lo Kheng Hong memetik buah kesabaran dan keuletannya dalam berinvestasi saham. Keuntungannya sudah mencapai 200.000 persen bila dihitung sejak 1998 hingga saat ini.

Pria berusia 58 tahun ini memutuskan untuk menjadi investor jangka panjang demi meraih return tinggi. Ia mengaku tidak pernah memasang target keuntungan tiap bulan. Namun nyatanya, kesejahteraan hidup bisa diraihnya meski tanpa pekerjaan formal.

"Kalau seseorang menargetkan keuntungan setiap bulannya, dan pasar turun, sangat sulit bagi investor untuk memperoleh keuntungan disaat pasar turun," terang Lo Kheng Hong.

Sementara, investor ritel lainnya Yakeus Jumianus mengaku hanya menjadikan keuntungan dari pasar modal sebagai pendapatan tambahan. Maklum, jumlah imbal hasil yang diraih tiap bulan tidak lebih dari gaji bulanannya.

"Tetap lebih besar gaji, ini kan hanya sambilan. Kecuali modalnya besar, untungnya juga besar. Berbanding lurus kok," cerita Yakeus.

Bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai operator, Yakeus mulai berinvestasi saham pada tahun 2012 dengan modal Rp10 juta. Berbeda dengan Lo, Yakues memilih untuk menjadi investor jangka pendek atau trader harian.

"Saya membeli saham harian, naik 2 persen-4 persen jual. Kalau turun juga langsung jual, jadi belum untuk jangka panjang," ungkap Yakeus.

Kendati demikian, Yakeus bercerita, ia pernah meraih keuntungan hingga Rp10 juta dalam sehari dari saham emiten PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR).


Pernah untung, tentu juga pernah rugi. Namun, total kerugiannya tidak pernah lebih dari Rp10 juta. Pasalnya, ia memilih langsung menjual sahamnya ketika mengalami penurunan.

"Sekali jual bisa ratusan ribu (ruginya), atau Rp1 juta-Rp2 juta," terang Yakeus.

Lo Kheng Hong dan Yakeus mungkin hanya contoh investor ritel dari beberapa investor ritel lokal di Indonesia. Bedanya, Lo Kheng Hong sudah merdeka secara finansial dari hasil berdagang saham, sedangkan Yakeus masih terbilang baru.

Investor Ritel Lokal Hanya 0,02 Persen

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER