Jakarta, CNN Indonesia -- PT Freeport Indonesia menyatakan akses terbatas ke tambang tembaga Grasberg raksasa di Papua diperkirakan terbuka pada Senin (21/8), setelah ratusan mantan pekerja memblokade situs tersebut dan bentrok dengan polisi.
Dikutip dari
Reuters, bentrokan meletus di tambang yang dioperasikan oleh anak usaha Freeport McMoRan Inc tersebut, saat unjuk rasa mengenai persyaratan kerja terjadi pada hari Sabtu (19/8).
Menurut seorang petinggi serikat pekerja yang mewakili mantan pekerja tersebut, tiga mantan pekerja terluka setelah polisi menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan untuk membubarkan blokade tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Freeport mengatakan setidaknya empat kontraktor juga terluka.
Bangunan, kendaraan dan sepeda motor milik perusahaan dan karyawannya juga dibakar dalam insiden tersebut. Freeport menyatakan akses ke tambang tembaga terbesar kedua di dunia dibatasi karena masalah keamanan.
Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama memuji pemerintah daerah karena dinilai telah memulihkan keamanan. Namun, ia juga terus mengimbau para pekerja agar tidak bepergian ke daerah tersebut.
"Rute utama juga telah dibersihkan, dan konvoi bus dan kargo akan dilanjutkan secara terbatas pada hari Senin," kata Pratama dalam sebuah pernyataan email.
Setelah pembatasan ekspor terkait dengan sengketa izin, Freeport Indonesia, yang mempekerjakan lebih dari 32 ribu staf dan kontraktor, memberhentikan sekitar 3 ribu pekerja awal tahun ini. Hal ini memicu pemogokan dan tingkat ketidakhadiran yang tinggi.
Freeport telah menyangkal bahwa ada pemogokan formal, dan menganggap bahwa sekitar 3 ribu karyawan kontrak penuh dan 1.000 karyawan yang tidak hadir dianggap secara sukarela mengundurkan diri, namun dapat mengajukan permohonan kembali untuk posisi sebagai kontraktor.
Freeport, perusahaan pertambangan tembaga terbesar di dunia yang berbasis di Arizona, berulang kali menyatakan telah bertindak sesuai dengan aturan ketenagakerjaan dalam koridor hukum Indonesia.
Ketegangan di sekitar tambang Grasberg dapat menghambat upaya Indonesia untuk menenangkan Papua, di mana pemberontakan tingkat rendah telah terjadi selama beberapa dekade. Tambang tersebut merupakan sumber pendapatan utama bagi ekonomi lokal, namun dampak sosial dan lingkungan juga menjadi sumber gesekan.
"Jika memang kita tidak akan dipekerjakan lagi, mereka harus jelas mengenai hak-hak kita (dan) apa yang akan kita terima," kata seorang mantan pekerja.
Tri Puspital, seorang pejabat serikat pekerja yang mewakili sekitar 5 ribu mantan pekerja yang terlibat dalam perselisihan selama empat bulan tersebut mengatakan kepada bahwa timnya belum membuat rencana lanjutan lagi.
"Kami masih menunggu."
IndustrialALL Global Union, sebuah federasi serikat buruh, telah mengkritik penanganan Freeport atas masalah ini, dengan mengatakan bahwa mereka memperlakukan pekerja yang dipecat dengan tidak manusiawi serta mendesak perusahaan tersebut untuk mengembalikan staf dan kontraktor.