Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo/7DRR) sebesar 25 basis poin ke 4,50 persen, setelah menahannya sebanyak sembilan kali di angka 4,75 persen sejak Oktober 2016 tahun.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, keputusan ini diambil guna merespon kondisi perekonomian global dan domestik, termasuk kenaikan Fed Fund Rate.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk menurunkan BI 7DRR Rate 25 basis poin dari 4,75 persen ke 4,50 persen," ujar Agus dalam konferensi pers hasil RDG BI, Selasa (22/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, hasil RDG BI juga menurunkan suku bunga deposit facility di level 3,75 persen dan suku bunga lending facility di level 5,25 persen.
Agus menjelaskan, keputusan ini dipengaruhi faktor global, yaitu ekspansi perekonomian dunia terus berlanjut dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Perekonomian China diperkirakan lebih baik, begitu juga dengan Eropa. Di sisi lain, perekonomian AS diperkirakan tumbuh lebih rendah.
Perekonomian global tersebut berpotensi meningkatkan perdagangan dunia dan harga komoditas. Selain itu, kenaikan Fed Fund Rate diperkirakan masih ada satu kali di akhir 2017.
Sedangkan dari sisi domestik, ada dukungan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi semester I 2017 sebesar 5,01 persen, lebih rendah dibandingkan semester I 2016 sebesar 5,18 persen.
Lalu, inflasi Januari-Juli 2017 di angka 2,6 persen secara tahun kalender (year-to-date/ytd). Sedangkan secara tahunan (year-to-year/yoy) di angka 3,88 persen. Serta, nilai tukar (kurs) rupiah di kisaran Rp13.350 per dolar Amerika Serikat (AS).
"BI juga terus perkuat koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga inflasi dan pertumbuhan secara struktural," imbuh Agus.
Adapun keputusan BI ini justru berbeda dengan prediksi dari ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara dan ekonom Samuel Aset Manajemen (SAM) Lana Soelistianingsih.
Keduanya melihat BI akan mempertahankan 7 Days Repo Rate karena ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate masih menyelimuti perekonomian domestik.
Kemudian, ada pula kekhawatiran terhadap konflik geopolitik antara AS dengan Korea Utara, di mana ketegangan dua negara itu telah membuat bursa saham Asia ditutup menurun.
(bir)