Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,17 persen sampai akhir tahun ini. Proyeksi tersebut merosot dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) sebesar 5,2 persen.
Walaupun demikian, kata dia, perekonomian masih akan ditopang oleh dua indikator utama. Pertama adalah konsumsi rumah tangga yang diharapkan tumbuh di kisaran lima persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi sebesar 5,2 persen.
"Ini dengan catatan bahwa pertumbuhan sektor investasi bisa meningkat di atas lima persen," ujar Sri Mulyani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (7/9).
Untuk konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani percaya pertumbuhannya terus membaik, tercermin dari deflasi Agustus sebesar 0,07 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deflasi itu, katanya, memberi indikasi bahwa harga kebutuhan masyarakat lebih rendah. Sehingga, daya beli bisa naik pada paruh kedua, setelah terpukul sebelumnya.
Sentimen Positif
Selain itu, pemerintah juga turut menyuntikkan sentimen positif ke daya beli dengan tidak mengubah tingkat harga yang diatur pemerintah, seperti harga bahan bakar minyak (BBM), gas elpiji tiga kilogram, dan tarif listrik sampai tutup tahun.
Lalu, dari sisi investasi, dipercaya bisa tumbuh lebih baik melanjutkan pertumbuhan kuartal I dan kuartal II tahun ini. Tercatat, pertumbuhan investasi Januari-Maret sebesar 4,78 persen dan investasi April-Juni 5,35 persen.
"Keseluruhan investasi akan tumbuh 5,2 persen. Kalau investasi tumbuh 5,4 persen ini yang paling berat. Tapi pertumbuhan Penyertaan Modal Asing (PMA) dan Penyertaan Modal Dalam Negeri (PMDN), saya relatif agak optimistis,” katanya.
Bersamaan dengan PMA dan PMDN yang bertumbuh, dia juga meyakini bahwa kredit perbankan bisa kembali tumbuh, setelah banyak perusahaan dan perbankan melakukan konsolidasi kredit akibat harga komoditas yang turun.