Peritel Minta Diskon Tarif Listrik

CNN Indonesia
Rabu, 13 Sep 2017 17:32 WIB
Biaya listrik disebut berkontribusi mencapai 30 persen hingga 35 persen dari total beban biaya yang harus ditanggung peritel.
Aprindo menyebut, biaya listrik berkontribusi hingga 35 persen dari total beban biaya yang harus ditanggung peritel. (Aditya Pradana Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah untuk memberikan subsidi listrik kepada perusahaan ritel guna mendorong kinerja sektor yang tengah lesu tersebut.

Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey menuturkan, biaya listrik berkontribusi sebesar 30 persen sampai 35 persen dari total beban biaya. Komponen listrik ini, meliputi pendingin ruangan, lampu, dan mesin pendingin.

"Jadi ini kami kembalikan ke pemerintah, kalau disambut baik, ayo bicara. Mungkin dengan pemerintah, Perusahaan Listrik Negara (PLN)," ucap Roy, Rabu (13/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihaknya tidak menuntut adanya diskon besar-besaran atau spesifik di angka tertentu. Namun, Roy berharap pemerintah dapat memberikan pengurangan biaya listrik kepada peritel.

"Jadi bagaimana peran pemerintah, salah satunya diharapkan berikan diskon di jam yang peak hour yang termahal dalam tarif listrik," kata Roy.

Bila permintaan ini terwujud, jelas Roy, perusahaan dapat memberikan diskon dari setiap produk yang dijual kepada konsumen. Alhasil, terjadi multiplier effect bagi kinerja perusahaan dan peningkatan konsumsi masyarakat.

"Ini supaya minat belanja konsumen meningkat. Semua tujuannya untuk konsumsi masyarakat meningkat begitu," tutur Roy.

Industri ritel sebelumnya menargetkan tumbuh di kisaran sembilan persen hingga akhir tahun ini. Namun, hingga semester pertama tahun ini, pertumbuhannya hanya mencapai 3,8 persen, jauh berada di bawah pertumbuhan pada semester pertama tahun lalu yang mencapai 10,25 persen.

Dia pun mengaku, akan sulit bagi industri ritel untuk mencapai target pertumbuhan sembilan persen. Pasalnya, untuk itu, industri ritel harus mampu tumbuh di atas lima persen pada semester II ini yang sulit diraih di tengah pergeseran daya beli saat ini.

"Tetap tumbuh memang tapi mengecil. Banyak yang lebih memilih liburan, jadi tidak belanja di ritel lagi. Kemudian banyak transaksi yang tidak terdeteksi karena melalui ecommerce transaksinya," papar Roy.

Roy juga berpendapat, pertumbuhan industri ritel tidak akan terlalu jauh dibandingkan tahun lalu bila didukung oleh pemerintah dengan tidak menaikkan tarif listrik bagi masyarakat.

"Dengan tarif listrik tidak naik, jadi ada kemampuan konsumen untuk menambah konsumsi," terang Roy.

Sementara itu, Roy juga menyambut baik penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,5 persen dari 4,75 persen. Menurutnya, hal itu akan memicu penurunan bunga kredit perbankan dalam 3 sampai 5 bulan mendatang.

"Dengan kredit turun, maka bisa mengalihkan dananya ke konsumsi," pungkas Roy.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER